Minggu, 08 September 2013

Cerpen : MENANTI JUJURMU

" ....suatu saat, ingin kusimak baik-baik ungkapan hatimu tentang kita, tanpa kuharapkan peringatan kutukan apalagi musibah mendahului menimpamu, biar dikau jujur dan hatiku sejuk karenanya.."

Dalam rentang waktu setengah jam saja, aku sudah lima kali bolak-balik antara kamarku dan ruang TV tanpa tujuan jelas. Yang spontan aku lakukam hanyalah memijit sendiri kepalaku dengan sekuat jemari biar pikiran resah lenyap segera. Musik yang di kamar tak mampu menghibur, TV di depanku apalagi..!! Mau nonton serius, eh malah berita selebritis yang lagi musim cerai. Sepertinya mengundang aku untuk ikut cerai.

Hmmm... mending ke kamar lagi.Coba pejam mata yang memang tidak ingin tidur. Konsentrasi penuh ke masa bahagiaku. Mulailah memori otak berkelahi antara pikiran rumit dan nostalgia masa lalu. Nampaknya aku sedikit senyum walau masih setengah masam.

Aku menuju 1996 langsung mencari bulan April. ".....cowok ini baik, ramah, perhatian, penyayang, suka gaul. Aku mengaguminya.." tulisan itu di tanggal 29.

Aargh..... masa lalu. Emangnya selau ditinggal pergi itu namanya perhatian..? Apakah begitu ukuran sebuah kebaikan? Sekarang engkau amat beda. Alasan nafkah memang wajib, tapi keluarga juga wajib. Soal kasih sayang tak bisa hanya bilang di mulut. Jangan mentang-mentang sudah punya anak, lalu nafkah menjadi alasan banting tulang sampai jarang pulang. Pikiran kacau lagi.

Mungkin bisa jadi bahwa aku awalnya menilai dia suka gaul, sehingga sampai sekarang pun caranya masih gaul di luar dengan yang muda-muda. Dan tindakanku tidak banyak atas perlakuan ini karena aku susah omong. Aku lahir dengan karakter yang tak banyak omong. Dan kadang-kadang menyalahkan orangtuaku, kenapa melahirkan aku sungguh amat lemah...

Kenapa aku tidak seperti istri lain yang sekali-sekali ngotot dengan pasangannya...? Orang berkeluarga sebenarnya lebih penuh pengertian. Berani meninggalkan masa kesendirian, masa bebas, meninggalkan ego, mengurangi relasi yang tidak penting dengan teman dan konsentrasi dengan keluarganya sendiri. Tapi aku dan keluargaku..??

Dulu waktu jaman surat, tulisannya bertumpuk-tumpuk yang kesimpulannya cuma soal I Love You sampai aku tergiur lalu jadian dan hidup bersama. Sekarang jaman HP, mau SMS aja pake ngumpet kalo di depan aku. Mau pegang HP kamu semenit saja sudah dibentak. HP tertinggal sekalipun, dan mau dibuka eeh malah pake PIN segala.. Apa maksudmu..?

Minggu lalu teman SMA dulu cerita ke aku katanya ketemu kamu lagi berduaan dengan seorang gadis muda. Belum lagi kata tetangga sebelah yang bilang kamu pernah bawa perempuan ke rumah waktu aku pulang kampung. Tambah lagi jaman chatting sekarang yang katanya canggih...!! Kamu punya akun FB lebih dari satu, dan aku tau itu. Giliran aku tanya kamu, yang dijawab malah dampratan. Katanya sok cari tau, cemburuan macam-macam.

Dan sudah sifatku yang terlalu diam. Hanya bisa menahan derita dengan menagis sendiri. Perempuan memang lemah, tapi tolonglah jangan membuatku lebih lemah lagi.  Terkadang aku harus bohong dengan teman yang tanyakan keadaan suamiku. Apalagi mereka menceritakan suami-suami mereka yang nampak akur sekali. Di sini aku iri, aku belum bisa seperti mereka.

Terkadang pula ingin seperti selebritis yang kawin-cerai. Tapi aku pikir bahwa hal itu bukan hal terbaik. Apalagi aku dan suamiku dari keluarga baik-baik pula.

*****
Aku masih di kamarku dengan berselimut pikiran kalut. Air mata berlinang tak aku sadari. Aku tidak menyesal menjadi pendamping hidupmu. Aku hanyalah aku yang begini adanya. Aku diam, dan mungkin akan berlanjut diam sambil bergumam dalam hati bahwa aku masih punya Tuhan. Sesak dada ini biarlah Kau longgarkan Tuhanku...
Tak Sedikitpun rasa dendam untuk membalasmu, karena engkau masih suamiku. Jujurmu yang kutunggu... dan bolehlah aku katakan harapan ini demi kita bahwa......suatu saat, ingin kusimak baik-baik ungkapan hatimu tentang kita, tanpa kuharapkan peringatan kutukan apalagi musibah mendahului menimpamu, biar dikau jujur dan hatiku sejuk karenanya.."

Lalu tertidur tanpa pusing kepala lagi...