Selasa, 09 November 2010

MENJADI ORANG

aku mulai dengan evaluasi permenungan yang panjang yang selama ini aku abaikan.ada hal yang sangat menarik dalam rentang waktu libur untuk menulis. aneka kesibukan menjadikan aku sangat 'extace' dengan kehidupan itu. aku tidak menyalahkan siapa-siapa. apalagi menyalahkan diriku sendiri. aku cumu mulai hobi yang terbengkalai.
dunia yang memandangku sinis akan berteriak sesukanya bahwa aku masih punya minat, aku masih punya rasa yang sekiranya aku bisa berbagi pada siapapun yang menerimanya.
ada sebuah kisah yang menurutku harus aku tampilkan disini. aku belajar banyak dari semua yang aku dapatkan setiap hari.sesekali waktu dalam perjalanan pulang rumah, aku jumpai seorang teman lama sewaktu sekolah dasar. kami tinggal sekota, tapi kenapa sudah belasan tahun tidak bertemu. aku menyapanya dengan penuh kehangatan. tanggapannya juga begitu. kami bercerita tentang apa saja, mulai dari keadaan diri masing-masing, keluarga, teman-teman sebaya dulu, sampai profesi yang digeluti sekarang.
teman itu mengatakan kalo dia petani di kampungnya. dia agak malu-malu ungkapkan profesinya itu. aku mendengarnya dengan penuh antusias. tapi dalam hati kecilnya seakan merasa bahwa aku menertawakan profesinya.
teman, tidak usah khawatirkan apa yang kamu lakukan dan yang akan kamu perbuat di masa yang akan datang. kita semua sama. tapi, teman-teman kita yang lain sudah jadi orang. lantas kita jadi apanya? apakah kita belum menjadi 'orang'? maksudnya sudah jadi pegawai negeri, guru, dosen dll. aku cuma petani.
aduh, kenapa teman ini berpikir begitu? kita semua sudah jadi orang, kawan. jangan pesimis begitu. teman kita yang pegawai ya jadi orang pegawai, yang dosen ya orang dosen. aku pengangguran ya orang pengangguran, kamu yang petani ya orang petani, jelasku sedikit menggurui.
menjadi orang adalah titik permenunganku kali ini. orang yang bagaimanakah yang selayaknya dikatakan orang. apakah karena profesi sehingga ada batasan orang itu dipergunakan. aku tidak tau. yang penting aku dapat menjelaskan pada temanku itu untuk selalu bangga dengan profesi yang dijalaninya. tak perlu bandingkan dengan orang lain. ada pula orang lain menyatakan bahwa menjadi orang karena dia sukses. tapi petani juga pernah sukses khan? tiap hari kita makan hasil kesuksesan petani yang sederhana. lalu apa lagi kategori orang yang sebenarnya?
tuhan tidak pernah memandang siapapun yang diciptakannya dengan sebutan orang. yang menyebutnya seperti itu hanyalah kita sendiri sebagai orang-orang. lupakan teman itu, lakukan pendekatan hati bahwa setiap orang punya kesuksesannya sendiri dalam taraf yang bisa disebutkan menjadi orang sesuai kemampuannya.
temanku benar, telah menyadarkan aku untuk mengerti tentang siapa sebenarnya menjadi orang seperti pandangan banyak kita.
walahualam.

1 komentar:

  1. cerita yg menarik kawan
    teruskan jangan ada keraguan
    hehehe mantab... :)

    BalasHapus