Minggu, 02 Desember 2012

Tuntunlah Aku

Tertatih-tatih langkahmu menancapkan bentuk telapak di belakang semakin banyak..
Bila sejenak kau berpaling, rasanya tak mudah mengeja jumlahnya..
Perlahan melawan kepenatan raga, menerjang kelelahan nan menyengat, menggerogoti semangat lanjutkan langkah.. 

Percakapan demi percakapan berkecamuk di deraian hati...mungkinkah kesampaian pada titik pandangangan terlempar mata...? Akankah kepenatan raga mengganggu ketegaran jiwamu mendulang asa...? 

Engkau terus melangkah..
Banyak kata tanya dalam benak... Mengepung jawabanmu yg semestinya kau bingung.. Raungan impian mencolek lekuk niat agar menapak lebih lama...menatap lebih gagah..
Sementara belum setengah ukuranmu membentuk, ada seutas rengkuhan menggamit jemari mungilmu...seakan dia mendampingi semenjak keinginanmu terbentuk..
Rangkaian jemarimu dgn ringan menyambut ulurannya... 

'Engkau butuh topangan, anakku..' ujarnya tanpa memandang raut wajahku..
Kau sedetik diam, menatapnya lama... Lalu angguk, dan...lanjut lagi derap kakimu..
Kemudian, tanpa kata....! Sunyi..
'Kugendong engkau bila kakimu tak jangkau jengkal lompatan...
Kuraih lenganmu andai lemas terkulai... 

Kuhapus wajahmu dari peluh menderas jika tetesannya mengelabui pandangan mata harapan...
Kupijit kepenatanmu pabila pikiran membuyarkan arah...'
Itulah aneka rasamu padanya yg sedianya patokan tuntunan perjalananmu..
Namun, engkau punya kaki...bisa langkah sendirian, engkau punya akal...bisa berpikir apa saja, engkau punya hati...bisa seleksi baik buruk langkahmu...
Mengapa harus menggamit dan menuntun jalanmu..? 

'Wahai anakku,
kaki yg kau miliki, tak cukup selamanya kau berlari...
Akal yg kau puja, tak kuasa menyimpan semua kegalauan dalam rangkaian jalanmu..
Hati yg kau bangga, tak selamanya untuk tindakanmu sendiri.. 

Aku menuntunmu, karena mungkin saja aku sudah pulang dari jalan yg sedang kau pijak..
Aku menggiringmu, bukan menelantarkan di hamparan bahaya lalu biarkan engkau dimangsa buasnya jaman...!
Aku menuntunmu, menggiringmu lantaran luapan kasih sayangku tak tega kau terjang sendirian...'

Aku untukmu...menuntunmu..tak butuh bayaranmu...!

Kamis, 01 November 2012

Agung-Mu...Kagumku



"...Engkau membentuk buah pinggangku...menenun aku dalam kandungan ibuku....."

Kusenandungkan kidung ini melintasi buana yg Kau jadikan semenjak awal..
Malam merayap ukiran rencanaMu...siang berkuasa lantaran titahMu...
Aku nan debu kebasan kakiMu, dituntun bayu nafasMu hingga terpekur di helai-helai tak tentu...
Kupastikan raga ini penat...! Sejenak terlintas menuai topangan yg bisa tergapai namun susah karena terhalang buaian dunia...
 
Sungguh indah karyamu... Goresan KasihMu tak berbatas...
Aku terlena dalam kelam..
Dan Engkau meniupkan badai biar aku terjaga..
Seketika aku kalut, dan Engkau menghiburku..
Serta merta jiwaku melayang melintasi semua kepunyaanMu...
Maka wajar kusobekan isi nurani...!
 
Tak henti disini, Kau bawa semuanya biar nampak aku telanjang...kembali ke awal napasku Kau semburkan...
Dari kesendirian tak terkira, kulantunkan pujian...senandungkan kekaguman...entah teriak...pun bergumam...!
Ajaib tak terselami...
Mustahil karena picik pikiranku...
Namun bagimu...semuanya bisa...!
 
Tuhan,
Aku disini bukan sesumbar..
Aku disini hanya mengiyakan Dikaulah kekagumanku...!
AgungMu merasuk segala yang hidup tak kecuali aku...
Karena,
kejadianku ajaib...

Tuhan...
Rembesan kata-kata tak cukup hadirkan semua pujianku..
Mungkin kidung ini wajar dari kesederhanaan pikiranku bahwa...
AgungMu merayu kagumku..
Lantaran aku milikMu...


Kamis, 25 Oktober 2012

Kembali Lagi Esok Pagi


Kesekian kalinya aku ke pantai yang sama, kesekian kalinya pula aku dapatkan inspirasi yang sekiranya aku berbagi. Saat berjalan menyusuri pantai dengan pikiran kosong, berhentilah aku di suatu tempat untuk memungut kerang, dan disitu juga aku mengamati batu kerikil yang berwarna. 

Tanpa disadari ketika aku berjalan dengan seenaknya di atas pasir yang basah, aku meninggalkan jejak-jejak kaki di belakangku dalam bentuk yang tak beraturan. Aku tertegun sambil memandang jejak-jejak kaki yang kuciptakan itu. 

Dan, ah.. peduli amat..! Emang gue pikirin..? Sementara itu seorang nelayan mendekatiku. Setelah bercakap sekedar tanya tujuanku di tempat itu, dengan gamblang si nelayan itu mengatakan padaku agar cukuplah melintas di areal pantai tersebut dan memintaku untuk datang lagi esok pagi. Aku heran, kenapa melarangku..?
Gumamnya pelan saja, 'Hari ini sudah banyak kau membentuk jejak-jejak kaki disini.. Dan kau akan mengertinya esok ketika engkau kesini lagi.' Aku mengikuti anjurannya, pulang dengan seonggok kebingungan! Mungkin si nelayan benar, karena itu daerahnya mencari nafkah, atau mungkin tempat itu ada jin penunggu yang seharusnya kuwaspadai. 

Tapi kenapa esok ke tempat itu lagi..? Apakah dia buat perhitungan denganku..? Sesampainya di rumah, aku menulis di buku harianku... 'hari ini aku mencemari pasir pantai dengan jejak kakiku yang tak beraturan.' Hari ini..., esok dari hari kemarin, aku kembali ke pantai itu. Penasaran dengan kata-kata nelayan....'esok kau akan mengerti'. 

Hampir sama seperti kemarin, aku berdiri di tempat yang dijanjikan nelayan. Tak lama, si nelayan itupun datang! Sambil jabat tangan dia berkata, 'ternyata kau benar-benar mencari pengertian.'
 
Ya.. jawabku antusias. 'Bro, kau hitung berapa jejak kaki yang kau buat kemarin sebelum kita bertemu di tempat ini? Katanya membuka dialog.. Aku menggeleng...'lupa hitung.' 

Oke! tidak apa-apa! Sekarang kamu hitung, berapa jejak kaki yang kau tinggalkan kemarin itu yang sekiranya sekarang masih tampak..?' Aku tambah bingung, dan... 'tak ada satupun..' Lalu kami sama-sama diam! Aku dengan pikiranku, dia dengan pikirannya sepertinya tak connect..!

'Bro, Tuhan itu mungkin salah satu sifat-Nya seperti itu...!' Kenapa..? Kemarin engkau sudah mencemari pasir ini dengan jejak kaki. Sekarang engkau ulangi lagi. Tapi engkau sadar atau tidak bahwa Dia di atas sana maha pengampun, yang sudi menghapus jejak kakimu..? Aku tersenyum kagum! Kemarin bikin dosa(jejak kaki), sekarang bikin lagi...! 

Si nelayan pergi tanpa pamit!
Hanya aku yg terpaku sembari manggut-manggut..! Orang itu memberiku wejangan ringan tapi sangat aku terima...! Saudaraku, Tuhan maha pengampun..! Tak salah aku berdoa: “TUHAN, Jangan memperhitungkan dosa ku tapi perhatikanlah imanku....”

JINAK MERPATI


Segala yang dimiliki manusia tak ubahnya penggambaran dari alam dan makhluk hidup lain..
Yang ini kucoba deskripsikan merpati, yang mewakili salah satu sudut personifikasi manusia. Memang manusia adalah manusia, bukan merpati. Namun ada hal yang setidaknya diwakilkan oleh merpati karena sifatnya.
Ada ungkapan 'jinak-jinak merpati'. Dan aku mulai dari sini. Walau makhluk merpati juga identik dengan perdamaian.  Merpati itu jinak. Kejinakannya membuat kita suka, kita merasa damai, bahkan lebih reflektif religius lagi merpati itu anugrah ilahi.
Kita bisa lebih dekat dengan merpati. Namun, jika keinginan dan gerak-gerikmu ingin menangkapnya, walhasil...agaknya sia-sia.
Ada hasrat dari manusia yg ingin memiliki. Tapi coba pikirkan matang-matang caranya. Main kasar memang sulit diterima, apalagi intimidasi.. Manusia butuh keahlian untuk gombal, rayu, pedekate dll.
Kembali ke merpati. Sepertinya makhluk ini diciptakan untuk lebih waspada, atau setidaknya punya daya pertahanan diri dari ancaman agitasi pun intimidasi. Kenapa jinak? Merpati punya potensi untuk melakukannya. Dia ingin bersahabat. Kenapa kabur? Karena orang yang sebenarnya berniat bersahabat, tapi mengaburkan persahabatan itu dengan nafsu kepemilikan atau ingin memiliki.
Belajar dari merpati. Jinak tapi liar. Jinak bila kita juga jinak, liar karena terbersit maksud tertentu. Dan semuanya ada pada manusia.  Terlebih pada makhluk perempuan.
Di saat kau mendekatinya dengan hati dan kebaikan, tentu dia akan lebih 'jinak' lagi denganmu. Tapi jika niat awalmu tercoreng sedikit pemikiran kotor (untuk memiliki), dia akan perlahan meninggalkanmu, atau lebih ekstrim lagi dia mencampakanmu tanpa jejak..
Kayaknya perempuan lebih bnyak belajar dari merpati. Hanya sayangnya, tidak semua perempuan yang belajar naluri merpati. Makanya pantas, lumayan banyak yang bisa ditangkap lelaki, malah lebih jinak daripada merpati..
Bukan maksudku menyamakan merpati dengan perempuan..! Aku lebih mengarahkan jika setiap perempuan belajar filsafat merpati. Jangan menyerah karena 'takdir lemah', jangan takhluk karena 'makhluk pengagum', jangan terlena karena gombal.
Namun, aku akui sebagai laki-laki karena memang aku laki-laki bahwa banyak cara 'melemahkan' yang takdirnya 'makhluk lemah'. Bual dan rayu walau tidak perlu keahlian khusus pun bisa menangkap makhluk perempuan, yang sebenarnya awal jumpa karena maksud baik, alasan persahabatan.
Aku mengakui itu.. Mungkin aku juga belajar dari merpati lebih banyak daripada kaum perempuanku yang sebisaku aku tangkap.
Akhirnya aku termenung malu, kenapa harus aku goreskan kata2 ini jika memang tidak mau dipahami kaum perempuanku?
Seharusnya aku menutupinya untuk kekenyanganku. Namun tidak saudaraku,
aku membeberkan karena kekagumanku..
Untuk perempuanku, aku tulus menuai persahabatan selayaknya memanggil merpati... Namun bukan hatiku mengharuskan menggapai asa yang lebih yang membiarkanku memiliki..
Jinak merpati mudah-mudahan perempuanku mengerti.... :-*:-*

Senin, 22 Oktober 2012

YESUS dalam Permenunganku

Aku kadang berpikir praktis dan lumayan ngawur tentang Yesus!!
YESUS muncul dlm benakku seperti kapal laut karena BERJALAN DI ATAS AIR...
Lalu sekiranya YESUS mendekati pesawat terbang mengingat NAIK KE SURGA...
Kemudian permenunganku menuju ke darat, sekiranya YESUS umpama pejalan kaki dalam PERJALANAN MENUJU EMAUS...
Selanjutnya YESUS selalu punya kaitan cerita dgn batu (saat digoda iblis), kayu (anak tukang kayu), karang(pengutusan=jemaat), ombak (meredakan topan), roti (memberi makan 5 ribu orang), jala (muridNya yang pertama adalah nelayan), airmata (ketika masuk Yerusalem) bahkan uang (persembahan janda miskin)!!!

Aku tertegun lagi dan menyanggupi permenunganku itu bahwa Aku ternyata SELALU BERSAMA YESUS, entah di pesawat, di kapal, dan sementara jalan kaki sekalipun!

Persoalan batu, kayu, ombak, roti, ikan dll-nya itu kujumpai tiap saat.. makanya selayaknya benda-benda seperti itu harus menjadi suatu peringatan buatku untuk meneladani cerita-Nya..!

Ah.. percuma! soal uang aja harus dikaitkan dengan Yesus segala! Itu duniawi!
Betul..! Karena Yesus pernah tinggal di dunia!
Lantas, apa maumu??
Biarlah alur hidupku seturut teladan-Mu.. tanpa harus menyamai kuasa-Mu...

Refleksi Lilin dan Pohon Kelapa

Lilin: dengan serta merta hancurkan dirinya demi sebuah pencerahan! Dia lebih dekat dengan hal spiritual karena kita sering gunakan sebagai media pengantar keluh kesah kita pada Sang Khalik. Dengan lilin kta bisa damai, tentram, sejuk hati..! Lilin juga pralambang 'kuno', 'udik' karena kemanjaan listrik sehingga tersingkir(kini rame cari lilin saat listrik mati)..! Pohon Kelapa: seluruh fisik tumbuhan ini bermanfaat! daun bisa untuk atap, lidi untuk sapu, janur untuk dekorasi+ketupat, buah yang kecil untuk mainan gasing anak-anak desa(termasuk saya dulu), pelepah untuk miniatur perahu, batang untuk bahan bangunan, akar untuk herbaterapi(media magic juga bisa), sisa yang lain untuk BBN (bahan bakar natural), buahnya apalagi airnya.. dll.. Saudara...! Lilin dan pohon kelapa sama-sama korban diri! keduanya punya kegunaan mengisi sisi min-plus, hitam-putih, spiritual-material, surga-neraka kita! kenapa? L
ilin lebih condong ke putih, plus, spirituil, surga kita dipandang dari terang yang dihasilkannya, mediasi doa, inspirasi dll. pohon kelapa? memang guna tapi hanya untuk hal materi(fisik): bangunan rumah, pelepas dahaga, apalagi jimat dari akarnya... memang duniawi! Namun keduanya punya satu tujuan yaitu 'mengenyangkan' sisi spiritual dan sisi material manusia! jangan heran ada ungkapan mem'balance'kan material n spiritual.. kalau lilin aja? kenyang rohani! kalau kelapa aja? kenyang jasmani! Sekedar sapaan sekenanya saja saudaraku... jika mau terapkan rohani-jasmani dalam diri sendiri, ingatlah lilin dan pohon kelapa! Atau bisa juga kita lakukan dengan nyalakan lilin di tengah ruangan yang gelap sembari makan dan minum air kelapa.. romantis, nikmat, dan hikmah berlimpah! selamat mencoba...!

MENCERMATI KEGELAPAN


Sekian waktu yang merangkak menurutku, sepertinya payah menguraikannya walau cukup satu alasan, mengapa kurang memalingkan pandangan ke arahku yang sedang mengamatinya?

Aku diam... Kutanya apa alasan waktu membiarkan aku terlena dalam pengamatan awas. Adakah yg berani menjawab? Dalam diam, berputarlah aneka rasa. Aku yg serakah, aku yang perfect, aku yg manja.....apakah mungkin waktu mau menjawab pertanyaan itu?

Kuamati orang yang lewat, satu demi satu tanpa pedulikan aku. Sepertinya memaklumi yang aku perbuat, yang sebenarnya aku sedang mengadu pada waktu yang suka menelantarkan aku.

Sadis memang dunia!!! tapi aku juga milik dunia. Berarti aku sadis juga! ya, memang...! Serakah dan manja sehingga lupa mendengar kata waktu yg susah kuselami maksudnya. Kupejam mata, yang sesungguhnya terpaksa.

Apa yang kudapatkan? Gelap!!

Sekarang aku memikirkan gelap. Banyak orang takut gelap, termasuk aku. Tapi gelap itu asyik. Banyak perlakuan yang tak terlupakan di saat gelap. Aku dan anda semua juga mungkin akan mengiyakan hal itu. Kembali, aku ke waktu tadi. Waktu masuk ke dalam moment gelap! Brarti waktu adalah bagian yang mengasyikan. Pertalian itu membuka sedikit tabir keingintahuanku tentang tanya alasan waktu yang membiarkanku sendiri tadi berpusing-pusing pikir.

Jangan dulu omomg Tuhan, sekarang bahas soal dunia. Aku kaitkan lagi hal yg merambat tadi. Mulai dari waktu yg merangkak, alasan penggambaran diri, suasana diam yug tidak peduli, manusia lain yang tak gubris, pejaman mata yg sengaja, gelap yg mengasyikan, dan rasa yang membuatku kembali ke waktu.

Oh.. ternyata tak perlu tanya waktu yang sombong.. Aku yang sombong..! kenapa?

kurang menghargainya. Pantas saja dia merangkak tanpa perhatikan aku. Aku diabaikan, dan harus diabaikan karena cuma menunggu dan menunggu. Dari menunggu yg diam itu, bukan membuka cakrawalaku soal berdamai dengan waktu. Itu bukan solusi lalu...... Aku harus maklumi orang tidak peduli. gampang alasannya; karena aku diam.

Sekali lagi aku pejamkan mata, bukan kalah, bukan istirahat, bukan berpikir pula. Cuma aku baru tau disaat aku pejam mata, aku rasa gelap. Dan gelap menurutku mengasyikan(karena perbuatan yg banyak hasilkan dosa justru di saat gelap).

Lantas, aku mengerti kini, gelap adalah sebagian kecil dari waktu. Waktu adalah bagian yang memberikan ruang untuk suatu keasyikan. Kalau begitu, apakah aku harus berasyik-asyikan (gelap) dalam nuansa ketidakpedulian manusia lain sehingga waktu memvoniskan aku tidak mengindahkannya?

walahualam..