Kamis, 25 Oktober 2012

JINAK MERPATI


Segala yang dimiliki manusia tak ubahnya penggambaran dari alam dan makhluk hidup lain..
Yang ini kucoba deskripsikan merpati, yang mewakili salah satu sudut personifikasi manusia. Memang manusia adalah manusia, bukan merpati. Namun ada hal yang setidaknya diwakilkan oleh merpati karena sifatnya.
Ada ungkapan 'jinak-jinak merpati'. Dan aku mulai dari sini. Walau makhluk merpati juga identik dengan perdamaian.  Merpati itu jinak. Kejinakannya membuat kita suka, kita merasa damai, bahkan lebih reflektif religius lagi merpati itu anugrah ilahi.
Kita bisa lebih dekat dengan merpati. Namun, jika keinginan dan gerak-gerikmu ingin menangkapnya, walhasil...agaknya sia-sia.
Ada hasrat dari manusia yg ingin memiliki. Tapi coba pikirkan matang-matang caranya. Main kasar memang sulit diterima, apalagi intimidasi.. Manusia butuh keahlian untuk gombal, rayu, pedekate dll.
Kembali ke merpati. Sepertinya makhluk ini diciptakan untuk lebih waspada, atau setidaknya punya daya pertahanan diri dari ancaman agitasi pun intimidasi. Kenapa jinak? Merpati punya potensi untuk melakukannya. Dia ingin bersahabat. Kenapa kabur? Karena orang yang sebenarnya berniat bersahabat, tapi mengaburkan persahabatan itu dengan nafsu kepemilikan atau ingin memiliki.
Belajar dari merpati. Jinak tapi liar. Jinak bila kita juga jinak, liar karena terbersit maksud tertentu. Dan semuanya ada pada manusia.  Terlebih pada makhluk perempuan.
Di saat kau mendekatinya dengan hati dan kebaikan, tentu dia akan lebih 'jinak' lagi denganmu. Tapi jika niat awalmu tercoreng sedikit pemikiran kotor (untuk memiliki), dia akan perlahan meninggalkanmu, atau lebih ekstrim lagi dia mencampakanmu tanpa jejak..
Kayaknya perempuan lebih bnyak belajar dari merpati. Hanya sayangnya, tidak semua perempuan yang belajar naluri merpati. Makanya pantas, lumayan banyak yang bisa ditangkap lelaki, malah lebih jinak daripada merpati..
Bukan maksudku menyamakan merpati dengan perempuan..! Aku lebih mengarahkan jika setiap perempuan belajar filsafat merpati. Jangan menyerah karena 'takdir lemah', jangan takhluk karena 'makhluk pengagum', jangan terlena karena gombal.
Namun, aku akui sebagai laki-laki karena memang aku laki-laki bahwa banyak cara 'melemahkan' yang takdirnya 'makhluk lemah'. Bual dan rayu walau tidak perlu keahlian khusus pun bisa menangkap makhluk perempuan, yang sebenarnya awal jumpa karena maksud baik, alasan persahabatan.
Aku mengakui itu.. Mungkin aku juga belajar dari merpati lebih banyak daripada kaum perempuanku yang sebisaku aku tangkap.
Akhirnya aku termenung malu, kenapa harus aku goreskan kata2 ini jika memang tidak mau dipahami kaum perempuanku?
Seharusnya aku menutupinya untuk kekenyanganku. Namun tidak saudaraku,
aku membeberkan karena kekagumanku..
Untuk perempuanku, aku tulus menuai persahabatan selayaknya memanggil merpati... Namun bukan hatiku mengharuskan menggapai asa yang lebih yang membiarkanku memiliki..
Jinak merpati mudah-mudahan perempuanku mengerti.... :-*:-*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar