Kali ini aku mulai dgn sebuah kata.."EMBUN"..!
Banyak yg tak gubris dengan keberadaan embun, tak kecuali aku.. Teringat di kampung semasa bocah, di musim mangga spt skrg ini, pagi2 benar sudah bangun hanya utk mencari mangga yg jatuh pd mlm tadi.. Menerjang embun tentunya, pulang rumah dgn celana sebagian basah.. Gusar..! Pagi2 masih dingin, ditambah embun yang lebih mendinginkan lagi..
Sekarang, di pagi yang kesekian kalinya sepanjang napasku..., aku terbuai embun.. Aku pikirkan embun yg terabaikan.. Sederhana bentuknya, dan keberadaannya sekiranya cuma 'sebentar' lalu lenyap...
Embun, percikan air yg semulanya tanda hidup. Namun bentuknya mungil, seakan2 tidak mungkin mendongkrak kehidupan yg sering dilambangkan dgn air..padahal, kita tau air itu lambang kehidupan.. Aku telusuri kedalaman diriku...dgn seonggok pertanyaan tentang embun..
Dalam kemalasanku pagi ini, kusempat terjang ilalang dibelakang rumah, hanya ingin pastikan keberadaan embun...! Segar...! Kuteliti sehelai ilalang yg agak mengering, di ujungnya terbalut embun.. Bening..! Kupandang tanpa menyentuh..! Kulihat wajahku tercantum mungil di permukaan embun itu.. Ahh... Aku sedang berkaca..!
Kembali ke hatiku pagi ini, trnyata aku ada di embun bila aku meneliti lebih dekat dan dekat skali tanpa mengusik ketenangannya di pagi nan penuh asa..! Saudaraku, aku temukan hikmah di tengah keterasingan embun yg susah aku pedulikan..! Aku mengaplikasikan embun pada sekelumit kehidupanku bersama semua orang yg pernah dan akan kujumpai..
Aku dekatkan diri pada embun, memandangnya, menelitinya, tanpa mengusik keberadaannya, melambangkan kedekatanku pada siapapun sesamaku.. Bila aku lebih dekat, tentu aku belajar tentang dia.. Aku teliti, sama artinya aku bersahabat.. Dan kutemukan seberkas wajahku di permukaan bentuk embun menandakan bahwa diriku adalah bagian perhatiannya..
Dikaulah embun, sesamaku, sahabatku, saudaraku...! Aku bisa memandangmu, menikmatimu, dan engkaupun akan menangkap keberadaanku sepanjang aku tak mengoyak pun menghalau hadirmu...!
Memang sesaat engkau ada, lalu sirna ditelan angin dan mentari...tp esok engkau kan mencuat lagi dan lagi...! Mencintai, tak semestinya memiliki..! Bersahabat tak seharusnya mengetahui lebih banyak tentangnya dgn menyentuh dirinya yg mungkin privasi buatnya...!
Embun, engkau telah memberi aku asa...!
Embun, walau rentan di ujung daun, engkau masih sanggup meraup wajahku, asalkan aku memandang lebih dekat. Justru karena rentanmu, kumau tak seorangpun mengusik hadirmu, kecuali alam yg telah menjadikanmu..
Embun, aneka tembang telah banyak mengukir namamu..
Dan sekarang aku, kembali mengukir namamu di sini, di seputar sahabat-sahabatku yg ternyata kuibaratkan dengan dirimu.. Sahabat, engkaulah embun...! Yg sewajarnya aku berkaca, aku belajar...! Aku termenung, aku senyum sendiri dan akupun puas, bahwa embun pagi ini telah menggugah hatiku untuk menulis kembali di sini...!
Semoga..
Banyak yg tak gubris dengan keberadaan embun, tak kecuali aku.. Teringat di kampung semasa bocah, di musim mangga spt skrg ini, pagi2 benar sudah bangun hanya utk mencari mangga yg jatuh pd mlm tadi.. Menerjang embun tentunya, pulang rumah dgn celana sebagian basah.. Gusar..! Pagi2 masih dingin, ditambah embun yang lebih mendinginkan lagi..
Sekarang, di pagi yang kesekian kalinya sepanjang napasku..., aku terbuai embun.. Aku pikirkan embun yg terabaikan.. Sederhana bentuknya, dan keberadaannya sekiranya cuma 'sebentar' lalu lenyap...
Embun, percikan air yg semulanya tanda hidup. Namun bentuknya mungil, seakan2 tidak mungkin mendongkrak kehidupan yg sering dilambangkan dgn air..padahal, kita tau air itu lambang kehidupan.. Aku telusuri kedalaman diriku...dgn seonggok pertanyaan tentang embun..
Dalam kemalasanku pagi ini, kusempat terjang ilalang dibelakang rumah, hanya ingin pastikan keberadaan embun...! Segar...! Kuteliti sehelai ilalang yg agak mengering, di ujungnya terbalut embun.. Bening..! Kupandang tanpa menyentuh..! Kulihat wajahku tercantum mungil di permukaan embun itu.. Ahh... Aku sedang berkaca..!
Kembali ke hatiku pagi ini, trnyata aku ada di embun bila aku meneliti lebih dekat dan dekat skali tanpa mengusik ketenangannya di pagi nan penuh asa..! Saudaraku, aku temukan hikmah di tengah keterasingan embun yg susah aku pedulikan..! Aku mengaplikasikan embun pada sekelumit kehidupanku bersama semua orang yg pernah dan akan kujumpai..
Aku dekatkan diri pada embun, memandangnya, menelitinya, tanpa mengusik keberadaannya, melambangkan kedekatanku pada siapapun sesamaku.. Bila aku lebih dekat, tentu aku belajar tentang dia.. Aku teliti, sama artinya aku bersahabat.. Dan kutemukan seberkas wajahku di permukaan bentuk embun menandakan bahwa diriku adalah bagian perhatiannya..
Dikaulah embun, sesamaku, sahabatku, saudaraku...! Aku bisa memandangmu, menikmatimu, dan engkaupun akan menangkap keberadaanku sepanjang aku tak mengoyak pun menghalau hadirmu...!
Memang sesaat engkau ada, lalu sirna ditelan angin dan mentari...tp esok engkau kan mencuat lagi dan lagi...! Mencintai, tak semestinya memiliki..! Bersahabat tak seharusnya mengetahui lebih banyak tentangnya dgn menyentuh dirinya yg mungkin privasi buatnya...!
Embun, engkau telah memberi aku asa...!
Embun, walau rentan di ujung daun, engkau masih sanggup meraup wajahku, asalkan aku memandang lebih dekat. Justru karena rentanmu, kumau tak seorangpun mengusik hadirmu, kecuali alam yg telah menjadikanmu..
Embun, aneka tembang telah banyak mengukir namamu..
Dan sekarang aku, kembali mengukir namamu di sini, di seputar sahabat-sahabatku yg ternyata kuibaratkan dengan dirimu.. Sahabat, engkaulah embun...! Yg sewajarnya aku berkaca, aku belajar...! Aku termenung, aku senyum sendiri dan akupun puas, bahwa embun pagi ini telah menggugah hatiku untuk menulis kembali di sini...!
Semoga..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar