Senin, 29 Maret 2010

PERJALANAN(2)

'..Biarlah aku lakukan Sekarang..'
Permohonan yang halus sekaligus penegasan yang tulus. Karena sudah tahu jalan yang ditempuh itu hanya sekali, maka ada keinginan untuk melakukan/mengerjakannya sekarang. Kata 'sekarang' sendiri menyiratkan hal yg sedang berlangsung tanpa embel-embel. Ini bisa diartikan sebagai kans/peluang, yang seharusnya diraih. Patokannya mungkin pengalaman masa lalu yg sering kita abaikan, dan misteri pertanyaan besar di masa datang. Logikanya, daripada bengong, ya lakukan sekarang! Atau, kalau bukan sekarang, kapan lagi.. kalau bukan aku(kita), siapa lagi...
'...Pun jangan biarkan aku menunda atau mengabaikannya..'
Lanjutan dari moment sekarang, bukan akan datang, bukan sebentar lagi. Ingat, menunda itu mengisyaratkan janji. Dan janji sendiri adalah hutang. Apalagi mengabaikan sesuatu. Kalau sudah mengabaikan, berarti menyangkut perasaan. Bisa saja kita dibilang lamban, kurang tegas, bahkan plin-plan. Rentetan perjalanan memang butuh waktu dan pemikiran yang tepat, apalagi suatu yg namanya keputusan. Kecermatan dan kebijakan berpikir menjadi ukuran bilamana melanjutkan perjalanan hidup. Tak lupa pula, ini mengandung resiko dan keberanian. Berpikir dan bertindak sekarang memang tidaklah semudah yang aku tulis. Tanggung jawab membayangi tiap langkah perbuatan. Entah sekarang, atau yg akan datang. Menunda boleh, asal pertanggungjawaban atas penundaan itu yg dibaca orang lain. Saat-saat kritis perjalanan hidup bisa jadi ada di tahap ini. Mau pilih yang mana, menunda penuh tanggung jawab, atau melakukan sekarang dgn keberanian yg ada tanpa mengesampingkan tanggung jawab, atau bahkan lari?
'...karena mungkin aku tidak akan melewati jalan ini lagi..'
Kesadaran penuh akan moment sekarang melandasi olah perbuatan(baik) dilakukan tanpa menunda karena tahu jalan ini tidak akan aku lewati lagi.
Aku yakin, dalam perjalananku tentu meninggalkan jejak sesuai waktu kronologisnya. Tapi untuk menapaki lagi seperti pijakan yg pertama sudah susah. Terus melangkah adalah bijak. Dan lebih bijak lagi bila melangkah sesuatu yang baru berdasarkan jejak-jejak langkah sebelumnya.
Setiap kita melakukan hal yang baru setiap saat. Sementara berjalanpun kita juga berpikir dgn patokan memori langkah yang sudah-sudah, menjelaskan bahwa kita masih melangkah, kita masih di perjalanan, masih di pijakan yg lain tapi bentuk jejak masih punya kita. Lalu aku termenung sendiri, pertanyaan muncul: apakah aku masih melangkah? mana jejakmu?

habis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar