Senin, 29 Maret 2010

TANPA 'SEHARUSNYA' DAN 'SEANDAINYA'

Tidak mudah untuk hidup kini dan di sini! Masa lampau dan masa depan terus-menerus mengganggu kita. Masa lampau mengusik diri kita dgn rasa bersalah, sedangkan masa depan dgn kecemasan. Begitu banyak hal sudah terjadi dalam hidup kita. Banyak diantaranya yg membuat kita merasa tidak tenang, menyesal, marah, bingung atau sekurang-kurangnya mendua. Semua perasaan ini seringkali disertai rasa bersalah. Rasa bersalah itu berkata, 'Seharusnya engkau melakukan sesuatu yg lain, bukan yg telah kaulakukan itu; seharusoya engaku mengatakan sesuatu yg lain, bukan yg telah kaukatakan itu.'
'Seharusnya-seharusnya' seperti ini membuat kita terus merasa bersalah mengenai tindakan-tindakan kita di masa lampau dan menghalangi kita untuk sepenuhnya menghayati hidup kini dan di sini.
Namun, yang masih lebih buruk daripada rasa bersalah kita adalah kecemasan-kecemasan kita. Kecemasan itu memenuhi hidup kita dgn pertanyaan 'bagaimana seandainya..'. Bagaimana seandainya saya tidak cukup uang, bagaimana seandainya pecah perang, bagaimana seandainya... dan sebagainya. 'Seandainya-seandainya' ini dapat begitu memenuhi pikiran kita dan membuat kita tidak mampu melihat bunga-bunya yg indah di kebun dan anak-anak kecil yg bercandaria di jalan-jalan. 'Seandainya-seandainya' ini juga dapat membuat kita tidak mendengar sapaan simpatik seorang sahabat.
Musuh kehidupan kita adalah 'seharusnya' dan 'seandainya' ini. Ini adalah kekuatan-kekuatan yg menarik kita ke belakang, ke masa lampau yg tidak dapat diubah lagi, dan menyeret kita ke depan, ke masa depan yg tidak dapat diramalkan. Hidup yang sejati dihayati saat ini, kini, dan di sini.
Allah adalah Allah kini dan di sini. Allah selalu hadir pada saat ini, entah saat itu menyenangkan, menggembirakan ataupun menyedihkan. Ingat Yesus: 'Kalau kamu melihat Aku, kamu melihat Allah. Kalau kamu mendengarkan Aku, kamu mendengarkan Allah.' Itulah sebabnya Yesus datang untuk mengangkat beban-beban dari masa lampau dan kecemasan-kecemasan mengenai masa depan. Ia menghendaki agar kita menemukan Allah di tempat kita berada, saat ini, kini, dan di sini.
semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar