aku mulai dengan evaluasi permenungan yang panjang yang selama ini aku abaikan.ada hal yang sangat menarik dalam rentang waktu libur untuk menulis. aneka kesibukan menjadikan aku sangat 'extace' dengan kehidupan itu. aku tidak menyalahkan siapa-siapa. apalagi menyalahkan diriku sendiri. aku cumu mulai hobi yang terbengkalai.
dunia yang memandangku sinis akan berteriak sesukanya bahwa aku masih punya minat, aku masih punya rasa yang sekiranya aku bisa berbagi pada siapapun yang menerimanya.
ada sebuah kisah yang menurutku harus aku tampilkan disini. aku belajar banyak dari semua yang aku dapatkan setiap hari.sesekali waktu dalam perjalanan pulang rumah, aku jumpai seorang teman lama sewaktu sekolah dasar. kami tinggal sekota, tapi kenapa sudah belasan tahun tidak bertemu. aku menyapanya dengan penuh kehangatan. tanggapannya juga begitu. kami bercerita tentang apa saja, mulai dari keadaan diri masing-masing, keluarga, teman-teman sebaya dulu, sampai profesi yang digeluti sekarang.
teman itu mengatakan kalo dia petani di kampungnya. dia agak malu-malu ungkapkan profesinya itu. aku mendengarnya dengan penuh antusias. tapi dalam hati kecilnya seakan merasa bahwa aku menertawakan profesinya.
teman, tidak usah khawatirkan apa yang kamu lakukan dan yang akan kamu perbuat di masa yang akan datang. kita semua sama. tapi, teman-teman kita yang lain sudah jadi orang. lantas kita jadi apanya? apakah kita belum menjadi 'orang'? maksudnya sudah jadi pegawai negeri, guru, dosen dll. aku cuma petani.
aduh, kenapa teman ini berpikir begitu? kita semua sudah jadi orang, kawan. jangan pesimis begitu. teman kita yang pegawai ya jadi orang pegawai, yang dosen ya orang dosen. aku pengangguran ya orang pengangguran, kamu yang petani ya orang petani, jelasku sedikit menggurui.
menjadi orang adalah titik permenunganku kali ini. orang yang bagaimanakah yang selayaknya dikatakan orang. apakah karena profesi sehingga ada batasan orang itu dipergunakan. aku tidak tau. yang penting aku dapat menjelaskan pada temanku itu untuk selalu bangga dengan profesi yang dijalaninya. tak perlu bandingkan dengan orang lain. ada pula orang lain menyatakan bahwa menjadi orang karena dia sukses. tapi petani juga pernah sukses khan? tiap hari kita makan hasil kesuksesan petani yang sederhana. lalu apa lagi kategori orang yang sebenarnya?
tuhan tidak pernah memandang siapapun yang diciptakannya dengan sebutan orang. yang menyebutnya seperti itu hanyalah kita sendiri sebagai orang-orang. lupakan teman itu, lakukan pendekatan hati bahwa setiap orang punya kesuksesannya sendiri dalam taraf yang bisa disebutkan menjadi orang sesuai kemampuannya.
temanku benar, telah menyadarkan aku untuk mengerti tentang siapa sebenarnya menjadi orang seperti pandangan banyak kita.
walahualam.
Selasa, 09 November 2010
Minggu, 01 Agustus 2010
Rabu, 09 Juni 2010
Mengapa Ular dan Merpati
Rasanya semua kita tau ungkapan atau nasihat ini: 'hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati'. Saya menemukan itu di Matius 10:16.
Entah kenapa Yesus menggunakan personifikasi ular dan merpati? Kenapa bukan kancil yg pandai, kuda yg rajin, keledai yg penurut atau cecak dan buaya bahkan gurita?
Dalam Perjanjian Lama, ular jelas2 disimbolkan sbg iblis, si penggoda yg menyesatkan(Kej, 3:1-24). Dan merpati, mengapa disebut tulus? Bahkan merpati seringkali digunakan sbg lambang perdamaian dan kekudusan. Atau krn bulu merpati yg umumnya berwarna putih, shg tulus? Kurang taulah!
Menariknya, Yesus menggunakan kedua binatang itu utk wejangan kepada murid2nya dlm menyebarkan kabar baik. Lama aku berkutat seputar kata itu.
Lalu aku ingat2 lagi saat pernah nonton acara televisi 'Planet Animal' yg menguak aneka binatang dgn seluk-beluk yg belum kita ketahui. Di acara itu menggambarkan ternyata ular memiliki indra perasa yg sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Dengan sentuhan kulitnya di tanah, dia dapat merasakan getaran apabila ada musuh yg lewat dan dgn segera mencari tempat yg aman. Aku rasa bahwa yg dimaksud Tuhan agar cerdik seperti ular adalah sekiranya seperti perlakuan seperti itu. Agar kita mampu dan peka terhadap sesuatu, menghindar segala godaan dan musuh agar tidak terjadi perselisihan. Yesus sudah tau perlakuan ular dari jaman Dia hidup, bukan kancil pun cecak+buaya.
Lantas bagaimana dgn merpati? Salah satu sifat merpati adalah dia selalu menghafal tempat2 yg dilewati sehingga selalu ingat jalan kembali. Itulah sebabnya orang memakai burung merpati sebagai merpati pos. Dengan simbol ini Tuhan ingin mengingatkan kita, saat kita jauh dan tersesat, kita selalu tahu jalan untuk kembali.
Permasalahannya cuma satu, apakah kita mau kembali dengan tulus atau terus berjalan sendiri sehingga semakin tersesat.
Cerdik dan tuluskah aku??
Entah kenapa Yesus menggunakan personifikasi ular dan merpati? Kenapa bukan kancil yg pandai, kuda yg rajin, keledai yg penurut atau cecak dan buaya bahkan gurita?
Dalam Perjanjian Lama, ular jelas2 disimbolkan sbg iblis, si penggoda yg menyesatkan(Kej, 3:1-24). Dan merpati, mengapa disebut tulus? Bahkan merpati seringkali digunakan sbg lambang perdamaian dan kekudusan. Atau krn bulu merpati yg umumnya berwarna putih, shg tulus? Kurang taulah!
Menariknya, Yesus menggunakan kedua binatang itu utk wejangan kepada murid2nya dlm menyebarkan kabar baik. Lama aku berkutat seputar kata itu.
Lalu aku ingat2 lagi saat pernah nonton acara televisi 'Planet Animal' yg menguak aneka binatang dgn seluk-beluk yg belum kita ketahui. Di acara itu menggambarkan ternyata ular memiliki indra perasa yg sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Dengan sentuhan kulitnya di tanah, dia dapat merasakan getaran apabila ada musuh yg lewat dan dgn segera mencari tempat yg aman. Aku rasa bahwa yg dimaksud Tuhan agar cerdik seperti ular adalah sekiranya seperti perlakuan seperti itu. Agar kita mampu dan peka terhadap sesuatu, menghindar segala godaan dan musuh agar tidak terjadi perselisihan. Yesus sudah tau perlakuan ular dari jaman Dia hidup, bukan kancil pun cecak+buaya.
Lantas bagaimana dgn merpati? Salah satu sifat merpati adalah dia selalu menghafal tempat2 yg dilewati sehingga selalu ingat jalan kembali. Itulah sebabnya orang memakai burung merpati sebagai merpati pos. Dengan simbol ini Tuhan ingin mengingatkan kita, saat kita jauh dan tersesat, kita selalu tahu jalan untuk kembali.
Permasalahannya cuma satu, apakah kita mau kembali dengan tulus atau terus berjalan sendiri sehingga semakin tersesat.
Cerdik dan tuluskah aku??
Minggu, 06 Juni 2010
Mencermati 'Kurang Ajar'
Hal yg sangat menyedihkan adlh saat kau jujur pd temanmu dan dia berdusta pdmu. Saat dia telah berjanji pdmu, dia mengingkarinya. Saat kau memberi perhatian, dia tdk menghargainya.
Saat bertemu dgnnya dan ingin menyapa, dia pura2 tdk melihatmu. Saat kau mencintainya dgn tulus tp dia tdk mencintaimu. Saat dia yg kau sayangi tiba2 mengirimkan kartu undangan pernikahannya. Hal yg sangat mengecewakan adlh kau dibutuhkan hanya pd saat dia dlm kesulitan. Saat kau brsikap ramah, dia trkadang brsikap sinis padamu. Saat kau butuh dia utk berbagi cerita, dia berusaha utk menghindarimu.
Jangan pernah menyesali atas apa yg terjadi padamu? Sebenarnya hal2 yg kau alami sedang MENGAJARIMU. Saat temanmu brdusta/tdk menepati janjinya pdmu atau dia tdk menghargai perhatian yg kau berikan, sebenarnya dia telah mengajarimu agar kau tidak berperilaku seperti dia.
Saat kau mencintainya dgn tulus tapi dia tidak mencintaimu atau dia yg kau sayangi tiba2 mengirimkan kartu undangan pernikahannya. Sebenarnya sedang mengajarimu utk ikhlas menerima pengalaman hidup itu.
Saat kau bersikap ramah td dia trkadang bersikap sinis padamu, sebenarnya dia sedang mengajarimu utk selalu bersikap ramah pada siapapun. Saat kau butuh dia utk berbagi cerita, dia berusaha utk menghindarimu. Sebenarnya dia sedang mengajarimu utk menjadi seorang teman yg bisa diajak berbagi cerita. Mau mendengarkan keluhan temanmu dan membantunya.
Bila kau dibutuhkan hanya pd saat dia sedang dlm kesulitan, sebenarnya dia telah mengajarimu utk menjadi orang yg arif dan santun. Kau telah membantunya saat dia dlm kesulitan.
Begitu banyak hal yg tdk menyenangkan yg sering kau alami atau bertemu dgn orang2 yg menjengkelkan, egois dan sikap yg tdk mengenakkan. Dan betapa tidak menyenangkan menjadi orang yg dikecewakan, disakiti, tidak dipedulikan/dicuekin, tdk dihargai, atau bahkan mungkin dicaci dan dihina. Sebenarnya orang2 tsb sedang mengajarimu utk MELATIH membersihkan hati dan jiwa, melatih utk menjadi orang yg sabar dan mengajarimu utk tdk berperilaku seperti itu. Mungkin TUHAN menginginkan kau bertemu orang dgn berbagai macam karakter yg tidak menyenangkan sebelum kau bertemu dgn orang yg menyenangkan dlm kehidupanmu dan kau harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu yg telah mengajarkan sesuatu yg paling berharga dalam hidupmu.
***
Saudaraku,
kata 'kurang ajar' yg sering kta lontarkan pd org lain disaat kta kesal, sebenarnya ditujukan utk diri sendiri, sperti permenungan tadi..
Saat bertemu dgnnya dan ingin menyapa, dia pura2 tdk melihatmu. Saat kau mencintainya dgn tulus tp dia tdk mencintaimu. Saat dia yg kau sayangi tiba2 mengirimkan kartu undangan pernikahannya. Hal yg sangat mengecewakan adlh kau dibutuhkan hanya pd saat dia dlm kesulitan. Saat kau brsikap ramah, dia trkadang brsikap sinis padamu. Saat kau butuh dia utk berbagi cerita, dia berusaha utk menghindarimu.
Jangan pernah menyesali atas apa yg terjadi padamu? Sebenarnya hal2 yg kau alami sedang MENGAJARIMU. Saat temanmu brdusta/tdk menepati janjinya pdmu atau dia tdk menghargai perhatian yg kau berikan, sebenarnya dia telah mengajarimu agar kau tidak berperilaku seperti dia.
Saat kau mencintainya dgn tulus tapi dia tidak mencintaimu atau dia yg kau sayangi tiba2 mengirimkan kartu undangan pernikahannya. Sebenarnya sedang mengajarimu utk ikhlas menerima pengalaman hidup itu.
Saat kau bersikap ramah td dia trkadang bersikap sinis padamu, sebenarnya dia sedang mengajarimu utk selalu bersikap ramah pada siapapun. Saat kau butuh dia utk berbagi cerita, dia berusaha utk menghindarimu. Sebenarnya dia sedang mengajarimu utk menjadi seorang teman yg bisa diajak berbagi cerita. Mau mendengarkan keluhan temanmu dan membantunya.
Bila kau dibutuhkan hanya pd saat dia sedang dlm kesulitan, sebenarnya dia telah mengajarimu utk menjadi orang yg arif dan santun. Kau telah membantunya saat dia dlm kesulitan.
Begitu banyak hal yg tdk menyenangkan yg sering kau alami atau bertemu dgn orang2 yg menjengkelkan, egois dan sikap yg tdk mengenakkan. Dan betapa tidak menyenangkan menjadi orang yg dikecewakan, disakiti, tidak dipedulikan/dicuekin, tdk dihargai, atau bahkan mungkin dicaci dan dihina. Sebenarnya orang2 tsb sedang mengajarimu utk MELATIH membersihkan hati dan jiwa, melatih utk menjadi orang yg sabar dan mengajarimu utk tdk berperilaku seperti itu. Mungkin TUHAN menginginkan kau bertemu orang dgn berbagai macam karakter yg tidak menyenangkan sebelum kau bertemu dgn orang yg menyenangkan dlm kehidupanmu dan kau harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu yg telah mengajarkan sesuatu yg paling berharga dalam hidupmu.
***
Saudaraku,
kata 'kurang ajar' yg sering kta lontarkan pd org lain disaat kta kesal, sebenarnya ditujukan utk diri sendiri, sperti permenungan tadi..
Sabtu, 05 Juni 2010
Hidup Seperti Orang Yang Akan Meninggal
Inilah sebuah faktanya: Berdasarkan statistik, jika Anda mengumpulkan seribu orang berusia 25 thn di dalam sebuah ruangan, 241 dari mereka tidak akan mencapai usia 65.
Hal itu menakutkan. Kita semua adalah orang yg akan meninggal. Hanya masalah waktu, beberapa lebih cepat, beberapa lebih lambat. Tapi kita semua akan meninggal.
Namun jika orang tahu mereka akan meninggal, saya memperhatikan bahwa orang2 yg akan meninggai ini hidup dgn lebih hati-hati, tertawa lebih riang, bersukaria lebih gembira, memberi lebih murah hati, melayani lebih bebas, mencintai lebih intens.
Inilah penyadaran yg saya dapatkan: 'Jika Anda sungguh ingin hidup dengan lebih spektakuler, Anda harus hidup seperti seorang yg akan meninggal. ***
Aku mengoreksi sebentar terhadap hidupku sendiri. Apakah selayaknya mulai saat ini(kalau ini tekad) aku perlakukan cara, sikap, perilaku hidupku seperti orang yang akan meninggal.
Melakukan hal yg jarang/lama terabaikan, menganulir kebiasaan yg sebenarnya tidak perlu, dan hampir mirip2 dgn pernyataan tobat menjelang ajal. Sepertinya ada satu kekuatan yg hadir dlm diri saat2 akhir hidup yg mendesak agar 'disiplin' menghadapi maut..
Kalau setiap kita melaksanakan hidup keseharian dgn memandang bhw hari ini adalah hari terakhir kita hidup, mungkin saja dunia akan senang krn kita melakukan hal2 yg sebenarnya bukanlah kebiasaan kita..
next..
Hal itu menakutkan. Kita semua adalah orang yg akan meninggal. Hanya masalah waktu, beberapa lebih cepat, beberapa lebih lambat. Tapi kita semua akan meninggal.
Namun jika orang tahu mereka akan meninggal, saya memperhatikan bahwa orang2 yg akan meninggai ini hidup dgn lebih hati-hati, tertawa lebih riang, bersukaria lebih gembira, memberi lebih murah hati, melayani lebih bebas, mencintai lebih intens.
Inilah penyadaran yg saya dapatkan: 'Jika Anda sungguh ingin hidup dengan lebih spektakuler, Anda harus hidup seperti seorang yg akan meninggal. ***
Aku mengoreksi sebentar terhadap hidupku sendiri. Apakah selayaknya mulai saat ini(kalau ini tekad) aku perlakukan cara, sikap, perilaku hidupku seperti orang yang akan meninggal.
Melakukan hal yg jarang/lama terabaikan, menganulir kebiasaan yg sebenarnya tidak perlu, dan hampir mirip2 dgn pernyataan tobat menjelang ajal. Sepertinya ada satu kekuatan yg hadir dlm diri saat2 akhir hidup yg mendesak agar 'disiplin' menghadapi maut..
Kalau setiap kita melaksanakan hidup keseharian dgn memandang bhw hari ini adalah hari terakhir kita hidup, mungkin saja dunia akan senang krn kita melakukan hal2 yg sebenarnya bukanlah kebiasaan kita..
next..
Jumat, 21 Mei 2010
Unsur Utama Self Science
Berikut ini unsur-unsur utama dlm pembelajaran Self Science:
* Kesadaran diri: mengamati diri & mengenali perasaan2; menghimpun kosakata utk perasaan-mengetahui hubungan antara pikiran, perasaan dan reaksi.
* Pengambilan Keputusan Pribadi: mencermati tindakan2 & mengetahui akibat2-nya; mengetahui apa yg menguasai sbuah keputusan, pikiran atau perasaan;
* Mengelola Perasaan: memantau 'omongan sendiri' utk menangkap pesan2 negatif spt ejekan2 trsembunyi; menyadari apa yg ada di balik suatu perasaan-menemukan cara2 utk menangani rasa takut & cemas, amarah dan kesedihan.
* Menangani Stres: mempelajari pentingnya berolahraga, perenungan yg terarah, metode relaksasi.
* Empati: memahami perasaan & masalah org lain, berpikir dgn sudut pandang mereka; menghargai perbedaan perasaan or mengenai berbagai hal.
* Komunikasi: berbicara mengenai perasaan scara efektif: menjadi pendengar & penanya yg baik, membedakan antara apa yg dilakukan/dikatakan seseorang dgn reaksi/penilaian anda.
* Membuka Diri: menghargai keterbukaan & membina kepercayaan dlm suatu hubungan; mengetahui kapan situasinya aman utk mengambil resiko membicarakan ttg perasaan Anda sndiri.
* Pemahaman: mengidentifikasi pola2 dlm kehidupan emosional dan reaksi2-nya; mengenali pola2 serupa pd org2 lain.
* Menerima Diri Sendiri: merasa bangga & memandang diri sendiri dlm sisi yg positif; mengenali kekuatan & kelemahan-mampu utk menertawakan diri sendiri.
* Tanggung Jawab pribadi: rela memikul tanggung jawab, mengenali akibat2 dr keputusan & tindakan anda, menerima perasaan & suasana hati, menindaklanjuti komitmen.
* Ketegasan: mengungkapkan keprihatinan & perasaan Anda tanpa rasa marah atau berdiam diri.
* Dinamika kelompok: mau bekerja sama; mengetahui kapan & bagaimana memimpin, kapan mengikuti.
* Menyelesaikan konflik: bagaimana berkelahi secara jujur dgn anak2 lain, dgn orangtua, dgn para guru; contoh menang/menang utk merundingkan kompromi.
Sekiranya pemikiran pembelajaran Self Science ini berguna bagi pengendalian emosi, pembentukan karakter pribadi dalam hubungan dgn orang lain di sekitar kita. Semoga.
* Kesadaran diri: mengamati diri & mengenali perasaan2; menghimpun kosakata utk perasaan-mengetahui hubungan antara pikiran, perasaan dan reaksi.
* Pengambilan Keputusan Pribadi: mencermati tindakan2 & mengetahui akibat2-nya; mengetahui apa yg menguasai sbuah keputusan, pikiran atau perasaan;
* Mengelola Perasaan: memantau 'omongan sendiri' utk menangkap pesan2 negatif spt ejekan2 trsembunyi; menyadari apa yg ada di balik suatu perasaan-menemukan cara2 utk menangani rasa takut & cemas, amarah dan kesedihan.
* Menangani Stres: mempelajari pentingnya berolahraga, perenungan yg terarah, metode relaksasi.
* Empati: memahami perasaan & masalah org lain, berpikir dgn sudut pandang mereka; menghargai perbedaan perasaan or mengenai berbagai hal.
* Komunikasi: berbicara mengenai perasaan scara efektif: menjadi pendengar & penanya yg baik, membedakan antara apa yg dilakukan/dikatakan seseorang dgn reaksi/penilaian anda.
* Membuka Diri: menghargai keterbukaan & membina kepercayaan dlm suatu hubungan; mengetahui kapan situasinya aman utk mengambil resiko membicarakan ttg perasaan Anda sndiri.
* Pemahaman: mengidentifikasi pola2 dlm kehidupan emosional dan reaksi2-nya; mengenali pola2 serupa pd org2 lain.
* Menerima Diri Sendiri: merasa bangga & memandang diri sendiri dlm sisi yg positif; mengenali kekuatan & kelemahan-mampu utk menertawakan diri sendiri.
* Tanggung Jawab pribadi: rela memikul tanggung jawab, mengenali akibat2 dr keputusan & tindakan anda, menerima perasaan & suasana hati, menindaklanjuti komitmen.
* Ketegasan: mengungkapkan keprihatinan & perasaan Anda tanpa rasa marah atau berdiam diri.
* Dinamika kelompok: mau bekerja sama; mengetahui kapan & bagaimana memimpin, kapan mengikuti.
* Menyelesaikan konflik: bagaimana berkelahi secara jujur dgn anak2 lain, dgn orangtua, dgn para guru; contoh menang/menang utk merundingkan kompromi.
Sekiranya pemikiran pembelajaran Self Science ini berguna bagi pengendalian emosi, pembentukan karakter pribadi dalam hubungan dgn orang lain di sekitar kita. Semoga.
EMOSI: PERASAAN dan PEMIKIRAN
Pikiran rasional membutuhkan wkt sedikit lebih lama utk mendata dan menanggapi drpd waktu yg dibutuhkan oleh pikiran emosional, maka dorongan pertama dlm suatu situasi emosional adalah dorongan hati, bukan dorongan kepala. Ada pula reaksi emosional jenis kedua-yg lebih lamban drpd respons cepat-yg digodok dan diolah trlebih dahulu dlm pikiran sbelum mengalir ke perasaan. Jalur kedua utk memicu emosi ini sifatnya lebih disengaja & biasanya kita cukup sadar akan gagasan2 yg menimbulkannya. Dlm reaksi emosional jenis ini, ada suatu pemahaman yg lbh luas; pikiran-alias kognisi-kita memainkan peran kunci dlm menentukan emosi2 apa yg akn dicetuskan. Dlm urutan yg lebih lamban tsb, gagasan yg diungkapkan dgn lebih lengkap ini mendahului perasaan. Emosi2 yg lebih rumit spt rasa malu/cemas hadapi ujian memakan bbrpa detik utk muncul-ini merupakan emosi yg mengiringi pemikiran.
Sebaliknya, dlm urutan respons-cepat, perasaan agaknya mendahului atau berjalan serempak dgn pikiran. Reaksi emosional gerak cepat ini lebih menonjol dlm situasi2 yg mendesak yg mendahulukan tindakan penyelamatan diri. Inilah keuntungan keputusan2 cepat semacam itu: menyiapkan kita dlm sekejap utk siap siaga menghadapi keadaan darurat. Perasaan2 kita yg paling dahsyat merupakan reaksi2 di luar kehendak; kita tdk dpt memutuskan kapan perasaaan2 itu akn muncul. 'Cinta,' tulis Stendhal, adalah seperti demam yg datang dan pergi sesuka hati. Sama halnya dgn amarah, rasa takut melanda kita tampaknya trjadi pd kita bgitu saja & bukannya sbg sesuatu yg kta pilih. Krn alasan itulah emosi dpt dijadikan alibi: ' merupakan kenyataan yg harus kta hadapi bhw kita tdk bisa memilih emosi yg melanda kita,' kata Ekman, shg memungkinkan org utk menjadikannya sbg dalih bagi tindakan mereka dgn mengatakan bhw mrk berada dlm cengkraman emosi.
Adapun perasaan yg sengaja dicetuskan, spt dimiliki para aktor. Ini salah satu contoh emosi cepat yg langsung melalui persepsi. Dan yg melalui jalur lambat menuju emosi tentu melalui pemikiran reflektif, shg terdpt emosi yg bisa diundang.
Meskipun kta tdk dpt dgn mudah mengubah emosi2 tertentu mana saja yg akan ditimbulkan oleh pikiran trtentu, amat sering kta mampu & memang melakukan, memilih apa yg akn kta pikirkan.
Tetati pikiran rasional lazimnya tidak memutuskan emosi2 apa yg 'sebaiknya' kta miliki. Sbg gantinya, perasaan2 kta biasannya datang sbg tindakan 'fait accompli. Yg lazim dikendalikan oleh pikiran rasional adlh jalannya reaksi itu. ***
Sebaliknya, dlm urutan respons-cepat, perasaan agaknya mendahului atau berjalan serempak dgn pikiran. Reaksi emosional gerak cepat ini lebih menonjol dlm situasi2 yg mendesak yg mendahulukan tindakan penyelamatan diri. Inilah keuntungan keputusan2 cepat semacam itu: menyiapkan kita dlm sekejap utk siap siaga menghadapi keadaan darurat. Perasaan2 kita yg paling dahsyat merupakan reaksi2 di luar kehendak; kita tdk dpt memutuskan kapan perasaaan2 itu akn muncul. 'Cinta,' tulis Stendhal, adalah seperti demam yg datang dan pergi sesuka hati. Sama halnya dgn amarah, rasa takut melanda kita tampaknya trjadi pd kita bgitu saja & bukannya sbg sesuatu yg kta pilih. Krn alasan itulah emosi dpt dijadikan alibi: ' merupakan kenyataan yg harus kta hadapi bhw kita tdk bisa memilih emosi yg melanda kita,' kata Ekman, shg memungkinkan org utk menjadikannya sbg dalih bagi tindakan mereka dgn mengatakan bhw mrk berada dlm cengkraman emosi.
Adapun perasaan yg sengaja dicetuskan, spt dimiliki para aktor. Ini salah satu contoh emosi cepat yg langsung melalui persepsi. Dan yg melalui jalur lambat menuju emosi tentu melalui pemikiran reflektif, shg terdpt emosi yg bisa diundang.
Meskipun kta tdk dpt dgn mudah mengubah emosi2 tertentu mana saja yg akan ditimbulkan oleh pikiran trtentu, amat sering kta mampu & memang melakukan, memilih apa yg akn kta pikirkan.
Tetati pikiran rasional lazimnya tidak memutuskan emosi2 apa yg 'sebaiknya' kta miliki. Sbg gantinya, perasaan2 kta biasannya datang sbg tindakan 'fait accompli. Yg lazim dikendalikan oleh pikiran rasional adlh jalannya reaksi itu. ***
Sabtu, 17 April 2010
TENTANG OMBAK
Pantai memang menjadi tujuan refreshing favorit buatku. Tidak berlebihan jika aku menulis cukup satu objek dari pantai yaitu OMBAK. Sederhana saja pemikiranku karena ombak bertolak dari singkatan 'omong banyak'.
Sadar ataupun tidak, aku anggap anonim ombak ada benarnya. Secara fisik ombak merupakan gejala alam yg diatur begitu rupa oleh Penciptanya. Maaf, aku bukan menjelaskan asal-usulnya, tapi lebih menekankan suatu karakteristik yg sama dengan plesetan 'omong banyak'.
Ombak itu tukang rayu! Dengan rayuannya bisa melumat pasir pantai hingga terseret dan basah. Ini permainan alam yg mengharuskan pasir pantai tergolek lemah tanpa daya di cengkraman ombak..!
Sama halnya dengan manusia 'perayu sejati' tentu belajar dari ombak. Kenapa? Setiap manusia 'tukang rayu' punya bakat 'ombak=omong banyak'. Tanpa ombak, dipastikan si tukang rayu tak berdaya. Berarti ada kekerabatan antara ombak pantai dan ombak perayu..
Lalu ombak juga sombong! Sesuka hatinya menebarkan yg teduh atau yg garang, bahkan mengamuk sekaliber tsunami! Bisa melakukan apa saja, sehingga tidak pernah pikir apa saja yg disapu di hadapannya termasuk manusia. Dengan kesombongannya menyebabkan kerugian banyak. Kaitannya dengan 'manusia ombak' sangatlah jelas. Tidak bantah jika aku mengatakan setiap orang 'omong banyak' didalamnya ada bibit kesombongan. Anggap diri hebat, jago, perfect, rasanya dekat dengan ombak. Kita sering bergumam sendiri bila berbincang dengan orang 'ombak' bahwa sombong sekali orang itu. Maka aku cuma mengiyakan bila sebagian besar orang 'ombak' tidak sadar diri telah meniru karakter sombong ombak pantai.
Sifat lain dari ombak pantai mungkin 'tukang cemburu'! Ombak pantai berlaku cemburu dengan sinar matahari dalam merebut hati butir-butir pasir pantai! Hempasannya menggapai pasir pesisir secara periodik dan sela waktu yg sedikit. Sesekali melumurinya menjadi basah, lalu pulang kembali ke laut dan terulang kembali dan seterusnya. Sedangkan matahari tetap setia menghangati butir-butir pasir itu biar cepat kering...! ah.. sengsara juga nih pasir!
Maka manusia tukang cemburu begitu adanya. Saking cemburunya sehingga harus diperhatikan secara periodik. Dan kebetulan manusia tipe ini sudah ditatar dengan ilmu 'ombak' yang omong banyak! Mustahil kalo si tukang cemburu tidak omong banyak! Gosip malah..!
Sekiranya aku berpikir ngawur, tentu ombak tak jadi plesetan omong banyak! Lalu aku pulang dari pantai sembari senyum tanda mengerti!
.... bersambung.
Sadar ataupun tidak, aku anggap anonim ombak ada benarnya. Secara fisik ombak merupakan gejala alam yg diatur begitu rupa oleh Penciptanya. Maaf, aku bukan menjelaskan asal-usulnya, tapi lebih menekankan suatu karakteristik yg sama dengan plesetan 'omong banyak'.
Ombak itu tukang rayu! Dengan rayuannya bisa melumat pasir pantai hingga terseret dan basah. Ini permainan alam yg mengharuskan pasir pantai tergolek lemah tanpa daya di cengkraman ombak..!
Sama halnya dengan manusia 'perayu sejati' tentu belajar dari ombak. Kenapa? Setiap manusia 'tukang rayu' punya bakat 'ombak=omong banyak'. Tanpa ombak, dipastikan si tukang rayu tak berdaya. Berarti ada kekerabatan antara ombak pantai dan ombak perayu..
Lalu ombak juga sombong! Sesuka hatinya menebarkan yg teduh atau yg garang, bahkan mengamuk sekaliber tsunami! Bisa melakukan apa saja, sehingga tidak pernah pikir apa saja yg disapu di hadapannya termasuk manusia. Dengan kesombongannya menyebabkan kerugian banyak. Kaitannya dengan 'manusia ombak' sangatlah jelas. Tidak bantah jika aku mengatakan setiap orang 'omong banyak' didalamnya ada bibit kesombongan. Anggap diri hebat, jago, perfect, rasanya dekat dengan ombak. Kita sering bergumam sendiri bila berbincang dengan orang 'ombak' bahwa sombong sekali orang itu. Maka aku cuma mengiyakan bila sebagian besar orang 'ombak' tidak sadar diri telah meniru karakter sombong ombak pantai.
Sifat lain dari ombak pantai mungkin 'tukang cemburu'! Ombak pantai berlaku cemburu dengan sinar matahari dalam merebut hati butir-butir pasir pantai! Hempasannya menggapai pasir pesisir secara periodik dan sela waktu yg sedikit. Sesekali melumurinya menjadi basah, lalu pulang kembali ke laut dan terulang kembali dan seterusnya. Sedangkan matahari tetap setia menghangati butir-butir pasir itu biar cepat kering...! ah.. sengsara juga nih pasir!
Maka manusia tukang cemburu begitu adanya. Saking cemburunya sehingga harus diperhatikan secara periodik. Dan kebetulan manusia tipe ini sudah ditatar dengan ilmu 'ombak' yang omong banyak! Mustahil kalo si tukang cemburu tidak omong banyak! Gosip malah..!
Sekiranya aku berpikir ngawur, tentu ombak tak jadi plesetan omong banyak! Lalu aku pulang dari pantai sembari senyum tanda mengerti!
.... bersambung.
Senin, 29 Maret 2010
TERLENA KHAYALAN
Perlahan aku menatap langit siang ini, ada harapan, ada ketidakjelasan, ada kecemasan...
Sambil bersimbah terik mentari, hati bergumam...aku sudah di sini...! Waktu tak menggubrisku seberapa peluangnya menyadarkan aku dari tatapan makna ke arah dirgantara nan aneka suasana. Sementara terbuai kenangan, aku coba mengukir sejarah hari ini dengan kecenderungan mengabadikannya pada setiap orang yg kujumpai hari ini tanpa kututupi keroposnya jiwaku. Buang malu jauh, sejauh mataku tak mampu menangkap siluet pun sinyal se-iota.
Akan kecemasan, buatlah hatiku berkreasi berkat orang-orang hari ini berpapasan denganku.
Akan ketidakpastian, naungilah sisi gelapku agar keseimbangan hidup terpancar, dan jangan biarkan itu pergi...karena aku butuh.
Akan harapan, berilah aku topangan, tapi janganlah aku berharap terus...
Aku harus bangkit, bukan karena uluran tangan sesama hari ini menarikku dari ketimpangan... namun aku punya asa yg sedari lahir sudah kupunyai.
Lalu dari mana memulainya? Apakah cuma menatap langit? Apakah memandang jarum jam tanpa aktivitas? Jarum jas saja bergerak, malah aku tidak bergerak..?
Lamunanku dikerumuni aneka cerita gampangan.. enak diulas, senyum sesekali..!
Lalu seketika buyar karena lengkingan ringtone ponsel tanda sms.. kubaca.. 'segra ke kebun..'
Tanpa ba bi bu..., langsung meluncur ke arah yg ditunjuk sms. Akhirnya aku 'bergerak' juga hari ini. Buat lamunanku, besok datang lagi ya..! Jangan lama-lama karena aku juga harus bergerak!!
hehehe...
Sambil bersimbah terik mentari, hati bergumam...aku sudah di sini...! Waktu tak menggubrisku seberapa peluangnya menyadarkan aku dari tatapan makna ke arah dirgantara nan aneka suasana. Sementara terbuai kenangan, aku coba mengukir sejarah hari ini dengan kecenderungan mengabadikannya pada setiap orang yg kujumpai hari ini tanpa kututupi keroposnya jiwaku. Buang malu jauh, sejauh mataku tak mampu menangkap siluet pun sinyal se-iota.
Akan kecemasan, buatlah hatiku berkreasi berkat orang-orang hari ini berpapasan denganku.
Akan ketidakpastian, naungilah sisi gelapku agar keseimbangan hidup terpancar, dan jangan biarkan itu pergi...karena aku butuh.
Akan harapan, berilah aku topangan, tapi janganlah aku berharap terus...
Aku harus bangkit, bukan karena uluran tangan sesama hari ini menarikku dari ketimpangan... namun aku punya asa yg sedari lahir sudah kupunyai.
Lalu dari mana memulainya? Apakah cuma menatap langit? Apakah memandang jarum jam tanpa aktivitas? Jarum jas saja bergerak, malah aku tidak bergerak..?
Lamunanku dikerumuni aneka cerita gampangan.. enak diulas, senyum sesekali..!
Lalu seketika buyar karena lengkingan ringtone ponsel tanda sms.. kubaca.. 'segra ke kebun..'
Tanpa ba bi bu..., langsung meluncur ke arah yg ditunjuk sms. Akhirnya aku 'bergerak' juga hari ini. Buat lamunanku, besok datang lagi ya..! Jangan lama-lama karena aku juga harus bergerak!!
hehehe...
TENTANG SEMANGAT
Hampir tiap hari aku temui 2 orang bocah usia SD melewati Jln Woloare A-Potu di jam yg sama sepulang sekolah sambil memikul seonggok sapu lidi di pundak. Semulanya aku anggap biasa saja. Namun karena pemandangan itu sering berulang, sehingga aku merasa wajib mengapresiasikan dlm permenungan ringan. Benakku dicoreng inti perjuangan, rutinitas, dan semangat yg terpancar dari 2 bocah itu. Bayangkan, tiap hari di siang terik, pulang sekolah msh sempatkan diri menjajakan sapu sealur jalan yg dilalui keduanya. Ada rasa iba dlm hati, namun dipudarkan pemikiran akan pembelajaran perjuangan dlm diri bocah itu.
Belajar dari rutinitas dua bocah tadi, sebenarnya aku mengangkat 'semangat' yg ditampilkan. Semua pasti setuju denganku bila kata 'semangat' disematkan pd cerita 2 bocah penjaja sapu.
Lalu aku terinspirasi status sahabat di FB yg mengedepankan semangat agar selesai tepat waktu. Kedua hal itu sama-sama menjelaskan bagaimana kita harus semangat dalam melakukan suatu hal. 2 bocah punya semangat melakukan hal rutin tanpa menargetkan hal lain, kecuali benak kecilnya bertujuan orang mau beli sapu. Rasanya belum pikirkan uang yg didapat dr hasil jual sapu untuk dirinya, karna mungkin orangtua mereka membutuhkan uang dlm menghidupi keluarga. Ini aku gambarkan sebagai semangat yg tanpa pamrih, semangat yg murni. Walau mungkin semangat itu menjadi bekal buat hidupnya kelak. Pembelajaran ini sangat berarti untuk kita memacu diri dengan waktu, mengeluarkan tenaga, serta mengoptimalkan pikiran.
Selanjutnya aku berpaling sejenak pada sdr Eme, yg implisit menyiratkan semangat akan sesuatu hal yg sementara kita lakukan. Akan satu target yg direncanakan sebelumnya. Tidak mengurangi pemikirannya, aku terkesima seketika... memang perencanaan dibarengi semangat hasilnya puas. Cuma disitu? tentu tidak! Yang dikhawatirkan mungkin intensitas semangat itu sendiri, bisa saja menurun.
Semangat yg ingin aku katakan sekiranya berlangsung terus menerus sepanjang hidup. Pertanyaannya, apakah mampu? Persoalan mampu ataupun tidak tergantung pribadi. Semangat itu sendiri menegaskan 'hidup', dan hidup justru sangat dibanggakan lantaran semangat.
Sedikit biblis, sosok Yesus hadir karena 'semangat'(baca= spirit = roh kudus). Roh kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yg mahatinggi akan menaungi Engkau..(Lukas: kabar sukacita). Pada bagian lain, Roh kudus menjadi pendamping utama evangelisasi.
Kalau Yesus sendiri terlahir dari 'semangat', bagaimana dgn kita??
Belajar dari rutinitas dua bocah tadi, sebenarnya aku mengangkat 'semangat' yg ditampilkan. Semua pasti setuju denganku bila kata 'semangat' disematkan pd cerita 2 bocah penjaja sapu.
Lalu aku terinspirasi status sahabat di FB yg mengedepankan semangat agar selesai tepat waktu. Kedua hal itu sama-sama menjelaskan bagaimana kita harus semangat dalam melakukan suatu hal. 2 bocah punya semangat melakukan hal rutin tanpa menargetkan hal lain, kecuali benak kecilnya bertujuan orang mau beli sapu. Rasanya belum pikirkan uang yg didapat dr hasil jual sapu untuk dirinya, karna mungkin orangtua mereka membutuhkan uang dlm menghidupi keluarga. Ini aku gambarkan sebagai semangat yg tanpa pamrih, semangat yg murni. Walau mungkin semangat itu menjadi bekal buat hidupnya kelak. Pembelajaran ini sangat berarti untuk kita memacu diri dengan waktu, mengeluarkan tenaga, serta mengoptimalkan pikiran.
Selanjutnya aku berpaling sejenak pada sdr Eme, yg implisit menyiratkan semangat akan sesuatu hal yg sementara kita lakukan. Akan satu target yg direncanakan sebelumnya. Tidak mengurangi pemikirannya, aku terkesima seketika... memang perencanaan dibarengi semangat hasilnya puas. Cuma disitu? tentu tidak! Yang dikhawatirkan mungkin intensitas semangat itu sendiri, bisa saja menurun.
Semangat yg ingin aku katakan sekiranya berlangsung terus menerus sepanjang hidup. Pertanyaannya, apakah mampu? Persoalan mampu ataupun tidak tergantung pribadi. Semangat itu sendiri menegaskan 'hidup', dan hidup justru sangat dibanggakan lantaran semangat.
Sedikit biblis, sosok Yesus hadir karena 'semangat'(baca= spirit = roh kudus). Roh kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yg mahatinggi akan menaungi Engkau..(Lukas: kabar sukacita). Pada bagian lain, Roh kudus menjadi pendamping utama evangelisasi.
Kalau Yesus sendiri terlahir dari 'semangat', bagaimana dgn kita??
TANPA 'SEHARUSNYA' DAN 'SEANDAINYA'
Tidak mudah untuk hidup kini dan di sini! Masa lampau dan masa depan terus-menerus mengganggu kita. Masa lampau mengusik diri kita dgn rasa bersalah, sedangkan masa depan dgn kecemasan. Begitu banyak hal sudah terjadi dalam hidup kita. Banyak diantaranya yg membuat kita merasa tidak tenang, menyesal, marah, bingung atau sekurang-kurangnya mendua. Semua perasaan ini seringkali disertai rasa bersalah. Rasa bersalah itu berkata, 'Seharusnya engkau melakukan sesuatu yg lain, bukan yg telah kaulakukan itu; seharusoya engaku mengatakan sesuatu yg lain, bukan yg telah kaukatakan itu.'
'Seharusnya-seharusnya' seperti ini membuat kita terus merasa bersalah mengenai tindakan-tindakan kita di masa lampau dan menghalangi kita untuk sepenuhnya menghayati hidup kini dan di sini.
Namun, yang masih lebih buruk daripada rasa bersalah kita adalah kecemasan-kecemasan kita. Kecemasan itu memenuhi hidup kita dgn pertanyaan 'bagaimana seandainya..'. Bagaimana seandainya saya tidak cukup uang, bagaimana seandainya pecah perang, bagaimana seandainya... dan sebagainya. 'Seandainya-seandainya' ini dapat begitu memenuhi pikiran kita dan membuat kita tidak mampu melihat bunga-bunya yg indah di kebun dan anak-anak kecil yg bercandaria di jalan-jalan. 'Seandainya-seandainya' ini juga dapat membuat kita tidak mendengar sapaan simpatik seorang sahabat.
Musuh kehidupan kita adalah 'seharusnya' dan 'seandainya' ini. Ini adalah kekuatan-kekuatan yg menarik kita ke belakang, ke masa lampau yg tidak dapat diubah lagi, dan menyeret kita ke depan, ke masa depan yg tidak dapat diramalkan. Hidup yang sejati dihayati saat ini, kini, dan di sini.
Allah adalah Allah kini dan di sini. Allah selalu hadir pada saat ini, entah saat itu menyenangkan, menggembirakan ataupun menyedihkan. Ingat Yesus: 'Kalau kamu melihat Aku, kamu melihat Allah. Kalau kamu mendengarkan Aku, kamu mendengarkan Allah.' Itulah sebabnya Yesus datang untuk mengangkat beban-beban dari masa lampau dan kecemasan-kecemasan mengenai masa depan. Ia menghendaki agar kita menemukan Allah di tempat kita berada, saat ini, kini, dan di sini.
semoga.
'Seharusnya-seharusnya' seperti ini membuat kita terus merasa bersalah mengenai tindakan-tindakan kita di masa lampau dan menghalangi kita untuk sepenuhnya menghayati hidup kini dan di sini.
Namun, yang masih lebih buruk daripada rasa bersalah kita adalah kecemasan-kecemasan kita. Kecemasan itu memenuhi hidup kita dgn pertanyaan 'bagaimana seandainya..'. Bagaimana seandainya saya tidak cukup uang, bagaimana seandainya pecah perang, bagaimana seandainya... dan sebagainya. 'Seandainya-seandainya' ini dapat begitu memenuhi pikiran kita dan membuat kita tidak mampu melihat bunga-bunya yg indah di kebun dan anak-anak kecil yg bercandaria di jalan-jalan. 'Seandainya-seandainya' ini juga dapat membuat kita tidak mendengar sapaan simpatik seorang sahabat.
Musuh kehidupan kita adalah 'seharusnya' dan 'seandainya' ini. Ini adalah kekuatan-kekuatan yg menarik kita ke belakang, ke masa lampau yg tidak dapat diubah lagi, dan menyeret kita ke depan, ke masa depan yg tidak dapat diramalkan. Hidup yang sejati dihayati saat ini, kini, dan di sini.
Allah adalah Allah kini dan di sini. Allah selalu hadir pada saat ini, entah saat itu menyenangkan, menggembirakan ataupun menyedihkan. Ingat Yesus: 'Kalau kamu melihat Aku, kamu melihat Allah. Kalau kamu mendengarkan Aku, kamu mendengarkan Allah.' Itulah sebabnya Yesus datang untuk mengangkat beban-beban dari masa lampau dan kecemasan-kecemasan mengenai masa depan. Ia menghendaki agar kita menemukan Allah di tempat kita berada, saat ini, kini, dan di sini.
semoga.
AKTIF BERBUAT
Confucius pernah mengajarkan prinsip etika, 'Apa yang aku tidak ingin orang lain berbuat bagiku, demikian juga aku tidak mau melakukannya bagi orang lain.'
Hillel, seorang rabbi besar Yahudi pernah ajarkan prinsip etikanya, 'Apa yang kamu benci janganlah kamu lakukan bagi orang lain.'
Philo seorang tokoh Yahudi dari Alexandria mengajarkan, 'Apa yang membuat kamu menderita, jangan kamu lakukan itu pada orang lain.'
Socrates, orator Yunani mengajarkan, 'Perkara-perkara yang membuat engkau marah, jangan lakukan itu bagi orang lain'.
Pengikut filsafat Stoa menganut prinsip dasar, 'Apa yg tidak kamu inginkan, jangan lakukan pada orang lain.'
Perkataan tokoh-tokoh di atas sebenarnya mengandung kesamaan nada bicara yaitu berbentuk kalimat negatif yg diperjelas dengan istilah 'tidak boleh' atau 'jangan lakukan'. Tekanannya adalah pada kepasifan. Asal tidak berbuat apa-apa yang jahat kepada orang lain, berarti cukup baik.
Ajaran Yesus Kristus menekankan keaktifan berbuat. Kalau kita ingin dikasihi, kita harus aktif mengasihi orang lain.
'Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.'(Mateus 7 : 12).
Aku salut dgn Yesus yang mengaktifkan kita untuk berbuat(yg baik), dan tidak mengabaikan prinsip etika Confucius, Hillel, Philo, Socrates, dan Pengikut Stoa. Semuanya mengajarkan moral, perilaku sosial yang kadang tiap hari kita hadapi dengan sesama. Dan keaktifan berbuat mengundang kita untuk lebih memaknai hidup yang menghidupkan sesama.
Apakah kita sudah aktif untuk hal berbuat baik kepada orang lain? Ataukah kita bersedia mengharapkan orang lain melakukannya untuk kita?
Walahualam.
Hillel, seorang rabbi besar Yahudi pernah ajarkan prinsip etikanya, 'Apa yang kamu benci janganlah kamu lakukan bagi orang lain.'
Philo seorang tokoh Yahudi dari Alexandria mengajarkan, 'Apa yang membuat kamu menderita, jangan kamu lakukan itu pada orang lain.'
Socrates, orator Yunani mengajarkan, 'Perkara-perkara yang membuat engkau marah, jangan lakukan itu bagi orang lain'.
Pengikut filsafat Stoa menganut prinsip dasar, 'Apa yg tidak kamu inginkan, jangan lakukan pada orang lain.'
Perkataan tokoh-tokoh di atas sebenarnya mengandung kesamaan nada bicara yaitu berbentuk kalimat negatif yg diperjelas dengan istilah 'tidak boleh' atau 'jangan lakukan'. Tekanannya adalah pada kepasifan. Asal tidak berbuat apa-apa yang jahat kepada orang lain, berarti cukup baik.
Ajaran Yesus Kristus menekankan keaktifan berbuat. Kalau kita ingin dikasihi, kita harus aktif mengasihi orang lain.
'Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.'(Mateus 7 : 12).
Aku salut dgn Yesus yang mengaktifkan kita untuk berbuat(yg baik), dan tidak mengabaikan prinsip etika Confucius, Hillel, Philo, Socrates, dan Pengikut Stoa. Semuanya mengajarkan moral, perilaku sosial yang kadang tiap hari kita hadapi dengan sesama. Dan keaktifan berbuat mengundang kita untuk lebih memaknai hidup yang menghidupkan sesama.
Apakah kita sudah aktif untuk hal berbuat baik kepada orang lain? Ataukah kita bersedia mengharapkan orang lain melakukannya untuk kita?
Walahualam.
PERJALANAN(2)
'..Biarlah aku lakukan Sekarang..'
Permohonan yang halus sekaligus penegasan yang tulus. Karena sudah tahu jalan yang ditempuh itu hanya sekali, maka ada keinginan untuk melakukan/mengerjakannya sekarang. Kata 'sekarang' sendiri menyiratkan hal yg sedang berlangsung tanpa embel-embel. Ini bisa diartikan sebagai kans/peluang, yang seharusnya diraih. Patokannya mungkin pengalaman masa lalu yg sering kita abaikan, dan misteri pertanyaan besar di masa datang. Logikanya, daripada bengong, ya lakukan sekarang! Atau, kalau bukan sekarang, kapan lagi.. kalau bukan aku(kita), siapa lagi...
'...Pun jangan biarkan aku menunda atau mengabaikannya..'
Lanjutan dari moment sekarang, bukan akan datang, bukan sebentar lagi. Ingat, menunda itu mengisyaratkan janji. Dan janji sendiri adalah hutang. Apalagi mengabaikan sesuatu. Kalau sudah mengabaikan, berarti menyangkut perasaan. Bisa saja kita dibilang lamban, kurang tegas, bahkan plin-plan. Rentetan perjalanan memang butuh waktu dan pemikiran yang tepat, apalagi suatu yg namanya keputusan. Kecermatan dan kebijakan berpikir menjadi ukuran bilamana melanjutkan perjalanan hidup. Tak lupa pula, ini mengandung resiko dan keberanian. Berpikir dan bertindak sekarang memang tidaklah semudah yang aku tulis. Tanggung jawab membayangi tiap langkah perbuatan. Entah sekarang, atau yg akan datang. Menunda boleh, asal pertanggungjawaban atas penundaan itu yg dibaca orang lain. Saat-saat kritis perjalanan hidup bisa jadi ada di tahap ini. Mau pilih yang mana, menunda penuh tanggung jawab, atau melakukan sekarang dgn keberanian yg ada tanpa mengesampingkan tanggung jawab, atau bahkan lari?
'...karena mungkin aku tidak akan melewati jalan ini lagi..'
Kesadaran penuh akan moment sekarang melandasi olah perbuatan(baik) dilakukan tanpa menunda karena tahu jalan ini tidak akan aku lewati lagi.
Aku yakin, dalam perjalananku tentu meninggalkan jejak sesuai waktu kronologisnya. Tapi untuk menapaki lagi seperti pijakan yg pertama sudah susah. Terus melangkah adalah bijak. Dan lebih bijak lagi bila melangkah sesuatu yang baru berdasarkan jejak-jejak langkah sebelumnya.
Setiap kita melakukan hal yang baru setiap saat. Sementara berjalanpun kita juga berpikir dgn patokan memori langkah yang sudah-sudah, menjelaskan bahwa kita masih melangkah, kita masih di perjalanan, masih di pijakan yg lain tapi bentuk jejak masih punya kita. Lalu aku termenung sendiri, pertanyaan muncul: apakah aku masih melangkah? mana jejakmu?
habis
Permohonan yang halus sekaligus penegasan yang tulus. Karena sudah tahu jalan yang ditempuh itu hanya sekali, maka ada keinginan untuk melakukan/mengerjakannya sekarang. Kata 'sekarang' sendiri menyiratkan hal yg sedang berlangsung tanpa embel-embel. Ini bisa diartikan sebagai kans/peluang, yang seharusnya diraih. Patokannya mungkin pengalaman masa lalu yg sering kita abaikan, dan misteri pertanyaan besar di masa datang. Logikanya, daripada bengong, ya lakukan sekarang! Atau, kalau bukan sekarang, kapan lagi.. kalau bukan aku(kita), siapa lagi...
'...Pun jangan biarkan aku menunda atau mengabaikannya..'
Lanjutan dari moment sekarang, bukan akan datang, bukan sebentar lagi. Ingat, menunda itu mengisyaratkan janji. Dan janji sendiri adalah hutang. Apalagi mengabaikan sesuatu. Kalau sudah mengabaikan, berarti menyangkut perasaan. Bisa saja kita dibilang lamban, kurang tegas, bahkan plin-plan. Rentetan perjalanan memang butuh waktu dan pemikiran yang tepat, apalagi suatu yg namanya keputusan. Kecermatan dan kebijakan berpikir menjadi ukuran bilamana melanjutkan perjalanan hidup. Tak lupa pula, ini mengandung resiko dan keberanian. Berpikir dan bertindak sekarang memang tidaklah semudah yang aku tulis. Tanggung jawab membayangi tiap langkah perbuatan. Entah sekarang, atau yg akan datang. Menunda boleh, asal pertanggungjawaban atas penundaan itu yg dibaca orang lain. Saat-saat kritis perjalanan hidup bisa jadi ada di tahap ini. Mau pilih yang mana, menunda penuh tanggung jawab, atau melakukan sekarang dgn keberanian yg ada tanpa mengesampingkan tanggung jawab, atau bahkan lari?
'...karena mungkin aku tidak akan melewati jalan ini lagi..'
Kesadaran penuh akan moment sekarang melandasi olah perbuatan(baik) dilakukan tanpa menunda karena tahu jalan ini tidak akan aku lewati lagi.
Aku yakin, dalam perjalananku tentu meninggalkan jejak sesuai waktu kronologisnya. Tapi untuk menapaki lagi seperti pijakan yg pertama sudah susah. Terus melangkah adalah bijak. Dan lebih bijak lagi bila melangkah sesuatu yang baru berdasarkan jejak-jejak langkah sebelumnya.
Setiap kita melakukan hal yang baru setiap saat. Sementara berjalanpun kita juga berpikir dgn patokan memori langkah yang sudah-sudah, menjelaskan bahwa kita masih melangkah, kita masih di perjalanan, masih di pijakan yg lain tapi bentuk jejak masih punya kita. Lalu aku termenung sendiri, pertanyaan muncul: apakah aku masih melangkah? mana jejakmu?
habis
Minggu, 28 Maret 2010
PERJALANAN(1)
...'Aku akan melewati jalan ini hanya sekali, karenanya setiap perbuatan baik yang bisa aku lakukan/kerjakan, biarlah aku lakukan sekarang. Pun jangan biarkan aku menunda atau mengabaikannya... karena mungkin aku tidak akan melewati jalan ini lagi'...
Sederetan kalimat di atas terngiang di telingaku sejak awal ketika aku menemukannya. Berbagai pemikiran yg tidak pernah habis menjadi titik permenunganku selama ini. Boleh dibilang 'kalimat wajib' atau bisa pula dianggap motivator utama sepanjang hidup.
Aku coba mulai dari kalimat 'aku akan melewati jalan ini'. Kalimat ini menjelaskan bagaimana subjek manusia menapaki hidupnya dari kecil hingga dewasa dgn berbagai warna suasana. Ada hal duka, suka, sedih, senang bernaung di benak dan rasa. Kita akan berjalan terus seiring waktu. Dan tidak pernah tahu ada apa di depannya, walau kadang kita manfaatkan teropong hati dalam suatu perencanaan tapi belum bisa memastikan apakah akibat dari perjalanan itu. Yang pasti adalah kita sementara melangkah. Setiap kita, sadar ataupun tidak, melakukan suatu perjalanan apapun situasinya. Terkadang memori mencuat diantara perjalanan itu. Jalan ini adalah jalan yg kita miliki, entah melangkah sendirian atau bersamaan. Aku ingat D'Loyd: ...kemanakah jalan yang harus kutempuh agar kubahagia....
Inspirasiku bertemu di persimpangan saat sebuah keputusan diperlukan. Maka pada bagian lain D'Loyd minta petunjuk Tuhan(Oh Tuhan berikan petunjuk-Mu agar kujadikan pegangan hidupku).
Dan kembali ke aku. Sangat sekali ingin mengatakan bahwa jalanku(hidup) sudah benar. Lalu bagaimana dengan jalan yang dilalui orang lain? Pasti benar juga, karena itulah jalannya, hidupnya, alur ceritanya.
'Hanya sekali'
Ungkapan ini banyak arti. Aku, kau, kita semua lahir hanya sekali. Dikaitkan dgn penggalan pertama tadi berarti 'jalan yg aku lalui ini hanya sekali'. Aku tidak membantahnya. Ini menjadi dasar permenunganku yg menegaskan bahwa aku harus menyadari bahwa detik waktu tidak akan mundur, jarum jam tak mungkin kembali. Lantaran 'hanya sekali' kita sering memanfaatkan moment itu dengan sebaik mungkin. Dengan tidak menyepelehkan pengalaman yg sudah kita lalukan. Lalu, untuk apa?
'karenanya setiap perbuatan baik yg bisa aku lakukan/kerjakan, biarlah aku lakukan sekarang'
Kalimat ini sudah klop. Menekankan perbuatan baik(versi aku dan versi orang lain), karena moment yg hanya sekali..! Dan intinya dilakukan SEKARANG.!
bersambung
Sederetan kalimat di atas terngiang di telingaku sejak awal ketika aku menemukannya. Berbagai pemikiran yg tidak pernah habis menjadi titik permenunganku selama ini. Boleh dibilang 'kalimat wajib' atau bisa pula dianggap motivator utama sepanjang hidup.
Aku coba mulai dari kalimat 'aku akan melewati jalan ini'. Kalimat ini menjelaskan bagaimana subjek manusia menapaki hidupnya dari kecil hingga dewasa dgn berbagai warna suasana. Ada hal duka, suka, sedih, senang bernaung di benak dan rasa. Kita akan berjalan terus seiring waktu. Dan tidak pernah tahu ada apa di depannya, walau kadang kita manfaatkan teropong hati dalam suatu perencanaan tapi belum bisa memastikan apakah akibat dari perjalanan itu. Yang pasti adalah kita sementara melangkah. Setiap kita, sadar ataupun tidak, melakukan suatu perjalanan apapun situasinya. Terkadang memori mencuat diantara perjalanan itu. Jalan ini adalah jalan yg kita miliki, entah melangkah sendirian atau bersamaan. Aku ingat D'Loyd: ...kemanakah jalan yang harus kutempuh agar kubahagia....
Inspirasiku bertemu di persimpangan saat sebuah keputusan diperlukan. Maka pada bagian lain D'Loyd minta petunjuk Tuhan(Oh Tuhan berikan petunjuk-Mu agar kujadikan pegangan hidupku).
Dan kembali ke aku. Sangat sekali ingin mengatakan bahwa jalanku(hidup) sudah benar. Lalu bagaimana dengan jalan yang dilalui orang lain? Pasti benar juga, karena itulah jalannya, hidupnya, alur ceritanya.
'Hanya sekali'
Ungkapan ini banyak arti. Aku, kau, kita semua lahir hanya sekali. Dikaitkan dgn penggalan pertama tadi berarti 'jalan yg aku lalui ini hanya sekali'. Aku tidak membantahnya. Ini menjadi dasar permenunganku yg menegaskan bahwa aku harus menyadari bahwa detik waktu tidak akan mundur, jarum jam tak mungkin kembali. Lantaran 'hanya sekali' kita sering memanfaatkan moment itu dengan sebaik mungkin. Dengan tidak menyepelehkan pengalaman yg sudah kita lalukan. Lalu, untuk apa?
'karenanya setiap perbuatan baik yg bisa aku lakukan/kerjakan, biarlah aku lakukan sekarang'
Kalimat ini sudah klop. Menekankan perbuatan baik(versi aku dan versi orang lain), karena moment yg hanya sekali..! Dan intinya dilakukan SEKARANG.!
bersambung
Langganan:
Postingan (Atom)